Berita  

Di Lebak, Ada Nenek Tinggal di Gubuk yang Tak Layak Huni Selama 20 Tahun

SEMARTARA, Lebak (11/2) – Nenek Muklinah warga Kampung Pasir Buntu Desa Lebak Pendeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak-Banten. Lebih dari 20 tahun tinggal di gubuk reyotnya dari usianya yang sudah uzur, Nenek Muklinah (80 tahun) harus menghabiskan waktunya di dalam gubuknya sendirian.

Dari informasi yang digali oleh awak media, dan diceritkan oleh Heri petugas PPS Desa Lebak Pendeuy menjelaskan, saat itu dirinya sedang bertugas dengan PPDP (Petugas Pemutahiran Data Pemilih) Pilkada serentak 2018 melakukan tugas Coklit (Cocok dan Penelitian) di Kampung Pasir Buntu Desa Lebak Pendeuy Kecamatan Cihara Kabupaten Lebak-Banten. Saat itu kata Heri, dirinya melakukan Coklit ke rumah milik Muklinah (80 tahun) dan disitu lah Heri merasa kaget dengan kondisi gubuk yang diisi oleh Nenek Muklinah.

“Saya sedang tugas Coklit dengan petugas PPDP, kebetulan rumah yang kami Coklit rumah milik Nenek Muklinah. Dan saat itu saya kaget dengan kondisi rumah Nenek Muklinah yang tak layak huni,” jelas Heri kepada awak media, Sabtu (10/2).

Menurut Heri, (Mak Emuk) ini, sapaan sehari-hari Nenek Muklinah, mengalami lumpuh pada kedua tangannnya akibat sengatan ular berbisa. “Saat saya tanya, Mak Emuk bilang lumpuh pada kedua tanganganya akibat sengatan ular berbisa” tuturnya.

Di dalam gubuknya yang pengap dan sudah miring ini diceritakan Heri kembali, Mak Emuk hidup tanpa bantuan seorangpun, pasalnya, anak satu-satunya dari Mak Emuk yang tinggalnya tak jauh dari gubuk Mak Emuk, bernasib sama tidak berkecukupan dalam kehidupannya sehari-hari. “Mak Emuk tinggal sendirian, anaknya tinggal sama keluarganya tak jauh dari rumah Mak Emuk, namun kondisi anaknya juga tidak cukup untuk menghidupi keluarganya sehari-hari” jelasnya.

Heri juga yang merupakan warga desa sekitar mengharapkan ada uluran tangan dari pemerintah maupun derawan yang sudi ingin membantu kondisi rumah Mak Emuk yang kondisinya tak layak huni. “Saya harap pemerintah maupun dermawan mau membantu Mak Emuk, kasian rumahnya tak layak huni dan hanya sebatang kara tinggalnya,” harap Heri.

Mendengar cerita dari warga sekitar, wartawan pun mencoba mengunjungi gubuk yang dihuni oleh Nenek Muklinah. di gubuk berukuran sekitar 2,5 X 4 meter ini Mak Emuk tinggal dan hanya berlantaikan tanah padat sebagian dan bale-bale. Mak Emuk menceritakan kondisi rumahnya yang tak layak huni tersebut, kata Mak Emuk menceritakan dengan bahasa Sunda, saat musim hujan, atapnya sudah pada bolong dan bocor, dan tak hanya itu, dia juga menuturkan bahwa saat hujan segala jenis binatang melata merayap ke dalam gubuknya yang tanpa adanya penerangan.

“Mak cicing digubuk ieu sieun mun usim hujan, hatepna tos balocor ja ku barolong, haju teu aya lampu deui anu caang,” papar Nenek Muklinah dengan raut sedihnya dengan menggunakan bahasa Sunda yang artinya, “Mak tinggal di tempat ini takut saat musim hujan, atapnya bocor karena sudah pada bolong, dan tidak ada lampu penerang.”

Selain itu Nenek Muklinah pun berharap agar mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun relawan yang ini membantu rumah gubuknya tersebut. “Mak ngeun ngaharepkeun bantosana, tos 20 tahun cicing di gubuk jeng sa-ayaayana bae (Mak hanya berharap ada yang bantu, karena sudah 20 tahun tinggal di rumah ini dengan seadanya-red), harapnya. (Soonlee)

Tinggalkan Balasan