Wisata  

Pemprov Riau Dorong Implementasi Empat Paradigma Baru Pariwisata

Pemprov Riau
Riau dorong penerapan paradigma baru pariwisata guna meningkatkan pendapatan masyrakat setempat. (Foto - Antara/HO-Humas Pemrov Riau).

Pekanbaru, Semartara.NewsPemerintah Provinsi (Pemprov) Riau kini terus mendorong implementasi empat paradigma baru sektor Pariwisata untuk meningkatkan kunjungan Wisatawan Lokal, dan Mancanegara ke daerah itu di masa pandemi untuk  meningkatkan ekonomi masyarakat.

“Empat paradigma baru sektor Pariwisata tersebut yakni berbasis Lingkungan, sinergi antara Komunitas, paradigma berbasis Ekonomi Kreatif, dan tata kelola yang baik, yang perlu terus didorong agar minat pengunjung makin meningkat,” kata Kepala Dinas Pariwisata Pemprov Riau, Roni Rakhmat, dikutip dari LKBN Antara di Pekanbaru, Rabu (4/8/2021).

Paradigma baru pariwisata yang pertama adalah berbasis Lingkungan, yakni mendorong masyarakat menjaga keseimbangan ekosistem, pelestarian sumber daya alam, mempertahankan sistem air dan kesuburan tanah. Mungkin sistem ini, sudah diterapkan sejak dulu, namun perlu lebih dioptimalkan lagi dengan mendorong seluruh Masyarakat fokus Wisata Alam, yang dinilai sangat potensial di Riau.

“Wisata alam Riau yang potensial dikembangkan antara lain Pantai Rupat dengan pasir putihnya, Ombak Bono dan kawasan Tesso Nilo, Taman Nasional Bukit Tigapuluh Rengat, Candi Muara Takus, satu-satunya candi peninggalan umat Budha di Riau, dan lainnya, sehingga butuh partisipasi publik dalam pengelolaan destinasi tersebut,” ungkapnya.

Partisipasi publik dalam pengelolaan destinasi tersebut perlu lebih ditingkatkan, sebagai bagian dari memperkuat sinergitas antara komunitas, disamping tetap memperkuat kearifan lokal.

Sinergi antara Komunitas dimaksudkan adalah bagaimana berkolaborasi antar Komunitas yang ingin mengeksplor kawasan baru wisata dan bagaimana mempromosikan wisata tersebut melalui media sosial, tujuannya adalah meningkatkan pendapatan masyarakat dan usaha mikro, yang diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja sebagai hilirisasi dari pariwisata tersebut.

“Pengembangan usaha mikro khususnya di lokasi destinasi wisata selain fokus untuk mendapatkan keuntungan dari parkir atau tiket masuk, juga meningkatkan ekonomi masyarakat di sekitar kawasan wisata, dengan mengandalkan sektor ekonomi kreatif,” katanya.

Contohnya, pengembangan usaha ekonomi kreatif di Koto Masjid Kabupaten Kampar, mengolah Ikan Salai Patin, Kerupuk Patin yang memberikan dampak pada semua masyarakat disekitar usaha tersebut.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan