Sosialisasi 4 Pilar MPR RI, Ananta: Isu Intoleransi Beragama di Cilegon Banten Tidak Boleh Terjadi di Daerah Lain

Isu Intoleransi Beragama di Cilegon Banten Tidak Boleh Terjadi di Daerah Lain
Ananta Wahana dalam Sosialisasi 4 Pilar MPR RI bersama koleganya dari Dapil Cilegon, Ichsan Soelistio, diikuti pengurus DPC PDI Perjuangan setempat dan struktural partai, bertempat di Hotel Gondang, Kota Cilegon, Banten, Sabtu (24/9/2022)/Foto: Ibnu

Tepis Tudingan PDI Perjuangan Anti-Islam

Didepan ratusan struktural partai itu, Ananta juga menepis beberapa tudingan bahwa PDI Perjuangan anti-Islam.

Politisi PDI Perjuangan itu menyatakan bahwa tudingan tersebut tidak mendasar.

Karena PDI Perjuangan menjadikan sosok Bung Karno sebagai guru. Yang mana dalam pemikiran dan tindakan Bung Karno tidak bisa lepas dari Islam.

“Hal ini yang sering dilupakan. Bung Karno pada usia 15 tahun telah menjadi murid Tjokroaminoto serta kerap mengikuti tabligh Kyai Ahmad Dahlan,” jelasnya.

Menurut Ananta, sebagai seorang muslim taat Bung Karno pernah membuktikan perannya terhadap dunia Islam ketika Pemimpin Uni Soviet Nikita Kruschev pada 1956 mengundang Bung Karno ke Moskow.

Saat itu Bung Karno menyatakan kesediaannya untuk datang, dengan syarat Kruschev menemukan makam Imam Bukhari, yang diyakini berada di wilayah Uni Soviet.

“Begitu besarnya peran Bung Karno terhadap dunia Islam. Hingga penemuan makam dari perawi hadist terkemuka Islam, Imam Bukhari menjadi syarat kunjungannya ke Moskow,” katanya.

Setelah upaya besar-besaran, makam tersebut akhirnya ditemukan di Uzbekistan.

Komplek mausoleum Imam Bukhori saat ini bisa dikunjungi di Desa Hartang, 25 kilometer dari Samarkand, Uzbekistan.

“Penemuan makam Imam Bukhari itu bukan saja berpengaruh terhadap Islam di Indonesia. Tapi juga berpengaruh besar terhadap dunia Islam umumnya,” kata Anggota MPR RI mewakili Tangerang Raya itu.

Ananta juga mengungkapkan bagaimana peran Bung Karno dalam menghijaukan tanah Arafah, Arab Saudi, agar para jemaah haji bisa berteduh dari sengatan terik matahari saat melaksanakan ibadah haji.

“Sampai saat ini, pohon Soekarno itu kerap dijadikan tempat berlindung jamaah haji dari sinar matahari yang menyengat,” imbuhnya.

Selain itu, menurut Ananta, dalam catatan sejarah juga terungkap bahwa Bung Karno pernah mengambil keputusan yang sangat tegas saat Timnas Indonesia berjuang di fase kedua Kualifikasi Piala Dunia 1958 zona Asia-Afrika.

Timnas Indonesia lebih baik mundur dari kejuaraan itu ketimbang harus menghadapi Israel yang notabene berstatus sebagai penjajah tanah Palestina.

“Bertanding dengan Israel sama saja dengan mengakui mereka,” ucap Presiden Soekarno saat itu.

Tinggalkan Balasan