Surplus Neraca Perdagangan Terus Melaju

Surplus Neraca Perdagangan Terus Melaju
Pekerja menggunakan alat berat saat memindahkan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (5/8/2022). Neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD4,23 miliar pada Juli 2022/Foto: ANTARA/Ist

Jakarta, Semartara.News — Perekonomian Indonesia terus menunjukkan kinerja yang positif. Salah satu indikatornya terlihat dari kinerja neraca perdagangan periode Juli 2022 yang terus mencatatkan surplus sejak Mei 2020.

Laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD4,23 miliar pada Juli 2022. Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan capaian surplus pada Juni lalu sebesar USD5,09 miliar.

Kabar itu tentu sangat menggembirakan. Pasalnya, di tengah-tengah perekonomian global yang sedang tidak kondusif, termasuk terganggunya distribusi logistik, Indonesia tetap bisa mempertahankan surplus neraca perdagangan.

Menjaga Ketahanan Eksternal

Kinerja yang cukup baik itu tentu telah berkontribusi positif dalam menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

“Jadi bila kita lihat tren ke belakang, neraca perdagangan kita ini surplus selama 27 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers, belum lama ini.

Menurutnya, surplus di periode Juli 2022 itu berasal dari ekspor USD 25,57 miliar dan impor USD21,35 miliar. Dengan begitu, didapat surplus USD4,23 miliar. Bila dibedah lebih jauh lagi, ekspor di periode itu naik 32,03 persen dibandingkan periode Juli 2021.

Hal yang sama juga terjadi pada kinerja impor yang naik 1,64 persen dibandingkan periode Juni 2022, atau naik 39,86 persen dibandingkan Juli 2021.

“Untuk surplus neraca perdagangan, kenerja dagang Indonesia ini banyak ditopang oleh surplus komoditas nonmigas,” ujarnya.

Adapun surplus komoditas nonmigas sebesar USD7,31 miliar, kata Setianto, terutama karena komoditas bahan bakar mineral HS27, kemudian lemak dan minyak hewan atau nabati HS15, biji kerah, dan abu logam HS26.

“Sementara untuk migas, kita mengalami defisit sebesar USD3,08 miliar. Ini komoditasnya, antara lain, adalah minyak mentah dan hasil minyak,” kata Setianto.

Merespons kinerja neraca perdagangan periode Juli 2022, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mengemukakan, bank sentral menilai surplus neraca perdagangan tersebut telah berkontribusi positif bagi ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas kebijakan terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal serta mendukung pemulihan ekonomi nasional,” ujarnya.

Yang jelas, di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, kinerja neraca perdagangan yang surplus dan mencatat rekor 27 bulan secara beruntun patut diapresiasi.

Tinggalkan Balasan