UMKM  

Teten Masduki : Koperasi Bisa Menjadi Model Bisnis Berbasis UMKM

Teten Masduki
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki. (Foto - Antara/HO-Kemenkop UKM).

Bandung, Semartara.NewsMenteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengatakan, Koperasi bisa menjadi model bisnis berbasis usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia.

Berdasarkan pengakuannya sebagaimana dilansir LKBN Antara, rendahnya produktifitas dan daya saing UMKM masih menjadi problem klasik, sehingga tidak mampu bersaing di pasar. Pasalnya, para pelaku UMKM yang didominasi usaha mikro masih melakukan kegiatan usahanya secara perorangan.

“Untuk itu, koperasi bisa menjadi model bisnis di Indonesia dengan berbasis UMKM,” kata Teten Masduki di Kampus Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Sumedang, Jawa Barat, Jumat (2/4/2021).

Teten mencontohkan, sektor pangan mulai dari kedelai, beras, jagung, dan komoditas lainnya yang masih impor. Selain itu, dengan jumlah UMKM sebesar 99,9 persen, kontribusi terhadap PDB nasional hanya 60 persen. “Produktifitas petani kita rendah karena usaha perorangan tidak bisa masuk skala ekonomi,” terang Teten.

Menurut Teten, mayoritas petani kita memiliki lahan yang sempit, sehingga tercipta keterbatasan dalam hal kualitas dan suplai produk. Maka dari itu menurutnya, peran koperasi cukup diperlukan untuk bisa mengonsolidasikan para petani menggenjot produksi. “Lagi-lagi, dalam kondisi seperti itu, koperasi bisa mengonsolidasi petani-petani berlahan sempit tersebut,” kata Teten.

Lebih dari itu, dengan korporatisasi petani, khususnya di sektor pangan, harus menggandeng offtaker agar produk pertanian terjaga suplai dan kualitasnya. “Saya contohkan petani bawang di Brebes, yang sejahtera itu tengkulaknya, bukan petaninya. Fungsi tengkulak bisa digantikan koperasi. Koperasi yang harus membeli produk petani yang akan diserap offtaker. Ini model bisnis yang sedang kita bangun,” tutur dia.

Oleh karena itu, Teten mengajak koperasi-koperasi besar untuk masuk ke sektor produksi, seperti pertanian, kelautan, peternakan, dan sebagainya agar bisa meningkatkan kontribusi ekonomi secara masif. “Bayangkan, kita masih impor susu, sedangkan kita punya banyak petani susu. Namun, masih berskala ekonomi rendah. Kita bisa konsolidasikan potensi itu lewat koperasi hingga masuk skala ekonomi,” pungkas Teten.

Tinggalkan Balasan