SEMARTARA, Tangerang (9/10) – Semakin tingginya tingkat abrasi di wilayah pesisir utara, tepatnya di wilayah Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang menjadi salah satu kendala untuk mengembangkan potensi wisata di wilayah tersebut. Selain menggerus beberapa kawasan wisata, abrasi juga meratakan ratusan hektar tambak di wilayah ini.
Salah seorang tokoh masyarakat Mauk, Mimi CH menjelaskan, abrasi di sepanjang pantai Mauk sudah mencapai lebih dari 1 kilometer ke arah daratan, yang meliputi pertembakan serta kawasan-kawasan wisata.
Ia juga mengungkapkan, selain terancam abrasi, banyak potensi wisata di wilayah tersebut yang tidak dikelola dengan baik. Bahkan, ada beberapa potensi wisata yang nyaris tidak dilirik oleh pemerintah. Padahal, jika ini dikelola dengan baik dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, tidak sekadar bisa mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar, namun juga bisa mengenalkan Kabupaten Tangerang dalam sejarah.
Sebagai contoh tempat terbunuhnya Pahlawan Otto Iskandardinata di kawasan Kampung Pelelangan, Desa Ketapang, Mauk. Menurut penulis buku “Pendekar Cisadane” ini, seharusnya di lokasi tersebut dibuatkan monumen, untuk mengenang jasa kepahlawanan Otto Iskandardinata. Dan, tempat ini, kata Mimi CH, sudah terancam abrasi.
“Ini juga sebenarnya menjadi potensi wisata sejarah di Kabuaten Tangerang,” katanya.
Ia juga mengungkapkan, selain lokasi tempat terbunuhnya Pahlawan Otto Iskandardinata, potensi wisata yang tergerus abrasi adalah kawasan wisata pantai. Ada juga kaawasan Cagar Budaya yang letaknya berada tepat di bibir pantai, yang juga berpotensi tergerus oleh abrasi, yaitu Klenteng Tjoe Soe Kong Bio.
Dalam mengatasi hal ini, Camat Mauk Herman Utari mengaku, pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang), baik di tingkat kabupaten maupun Provinsi Banten.
Menurutnya, permasalahan ini juga harus segera di atasi. Karena selain kawasan wisata pantai tersebut berpotensi membangun perekonomian masyarakat, terutama warga yang berada di sekitar pesisir, juga menyelamatkan bangunan cagar budaya yang usianya sudah ratusan tahun. Selain itu juga menyelamatkan tambak-tambak petani yang saat ini juga terancam disapu ombak.
“Memang kewenangan pantai itu ada di provinsi dan pusat, tapi kita terus mendorong, dan setiap musrenbang selalu kita usulkan, baik di kabupaten maupun di provinsi Banten,” tandasnya.
Salah satu potensi wisata pantai yang menjadi favorit masyarakat di wilayah Mauk adalah Pantai Tanjung Kait. Saat ini, kondisi panti ini kumuh. Meskipun demikian, masih banyak warga berkunjung di kawasan ini. Baik masyarakat dari Kabupaten Tangerang maupun daerah sekitarnya. (Wid)
Baca juga: