Di Padepokan Karang Tumaritis, Djarot Saiful Hidayat Bicara Kebangsaan

Djarot
Djarot Saiful Hidayat, mantan Gubernur DKI Jakarta saat mengisi materi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu (29/5/2021). (Foto - Semartara News)

Kabupaten Tangerang, Semartara.News – Mantan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat berbicara tentang Pancasila di Padepokan Kebangsaan Karang Tumaritis, yang berada di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, pada Sabtu (29/5/2021). Ia menjadi pembicara dalam acara diskusi Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI, yang digelar oleh Anggota MPR RI, St Ananta Wahana.

Pada kesempatan itu, Djarot menyampaikan, bahwa Pancasila sebagai ideologi nama bsa harus diimplementasikan salam kehidupan sehari-hari.

“Menjelang hari lahir Pancasila pada 1 Juni nanti, saya mengajak kita untuk merefleksikan nilai-nilai yang ada didalam Pancasila,” kata Djarot yang merupakan Wali Kota Blitar periode 2000-2005 dan 2005-2010 ini.

Disamping itu, membumikan Pancasila dan ideologi bangsa menurut Ananta Wahana, menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dari situlah, Sosialisasi Empat Pilar MPR-RI merupakan program paling efektif untuk mengaktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa serta Bhineka Tunggal Ika sebagai filosofi keberagaman.

Ananta juga mengungkapkan, saat ini banyak kaum muda atau millenial Indonesia yang cenderung abai terhadap masalah-masalah kebangsaan. Efeknya, banyak kaum muda millenial yang buta ideologi alias tuna-ideologi. Akibat kekosongan ideologi ini pula, banyak ideologi-ideologi asing yang saling rebutan mau menguasai Indonesia. Misalnya: ekstremisme agama, liberalisme dan kapitalisme, individualisme, serta komunisme.

Dari situlah, kata Ananta, Sosialisasi Empat Pilar ini menjadi sangat penting sebagai sarana untuk mengaktualisasi nilai-nilai ideologi yang terkandung dalam Empat Pilar tersebut.

“Empat pilar yang dimaksud yakni Pancasila yang merupakan pondasi hidup kita sebagai ideologi bernegara, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai dasar konstitusi bernegara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai negara berdaulat, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai filosofi keberagaman,” ujar Ananta Wahana.

Sementara itu, pemateri dari kalangan Milenial, Abraham Garuda Laksono atau yang akrab disapa Abe, menuturkan, tidak sedikit masyarakat, terutama generasi Milenial, tau jika Pancasila itu Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia saja. Hanya saja, dalam praktek, Pancasila itu hanya dijadikan sebagai pembenaran saja.

Sementara itu, pemateri dari kalangan Milenial, Abraham Garuda Laksono atau yang akrab disapa Abe, menuturkan, tidak sedikit masyarakat, terutama generasi Milenial, tau jika Pancasila itu Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia saja. Hanya saja, dalam praktek, Pancasila itu hanya dijadikan sebagai pembenaran saja.

Padahal, jelas Abraham, Pancasila merupakan hasrat dan keinginan dari para Founding Father untuk merdeka dan bersatu. Bahkan, urusan makan pun diatur dalam Ideologi tersebut. Oleh sebab itu, ia memberikan analogi perbedaan di atas dengan niat seseorang untuk menikah.

“Indonesia mempunya 1300 lebih etnis. Di dalam keluarga saja, kita bisa berbeda. Bagaimana dengan negara yang punya etnis sebanyak itu?,” kata Abraham.

Abe juga menuturkan, bagaimana generasi muda seharusnya bisa memanfaatkan media digital untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, di era digitalisasi seperti sekarang ini, kampanye tersebut sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan media sosial

Untuk diketahui, sosialisasi empat pilar ini digelar dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak. Selain sosialisasi empat pilar kebangsaan MPR RI, acara yang dihadiri oleh Kelompok Mahasiswa yang tergabung di Cipayung, serta semua golongan agama, juga mengadakan doa bersama untuk keselamatan Bangsa, serta doa untuk Bung Karno.

Uniknya, pada saat doa bersama yang merupakan serangkaian dari peringatan Bulan Bung Karno ini, para peserta menggunakan pakaian sesuai identitas agama masing-masing, yang bertujuan untuk mempererat kerukunan antar umat beragama, serta untuk menyambung tali kebangsaan.

Tinggalkan Balasan