Berita  

Volume Kedua Perempuan dan Persimpangan Usung Tema Lika-liku Menjadi Perempuan Mandiri

SEMARTARA, Kota Tangerang (18/2) – Memasuki volume kedua, acara Perempuan dan Persimpangan kali ini mengusung tema “Lika-liku Menjadi Perempuan Mandiri”. Kegiatan yang diinisiasi Midnight Noises dan Perpus Kolektif ini kembali terselenggara di Kedai Kinetik, Kawasan Pasar Lama, Kota Tangerang.

Adapun kegiatan diisi dengan dua pembicara yakni Aphrodita Wibowo dan Alif Quita Nopianti. Keduanya perempuan penggiat kreatif yang siap berbagi cerita tentang industri kreatif dari mulai merintis hingga berbuah hasil.

“Kita ingin membahas isu-isu perempuan dari hal-hal yang mudah dipahami. Seperti volume pertama, kami menyajikannya lewat puisi. Volume kedua ini kami menyajikan lewat diskusi bersama dua penggiat kreatif yang memiliki pengalaman dan telah menemukan passion serta menjadikan itu mata pencaharian,” ungkap Tiara Dianita, penggagas acara sekaligus moderator dalam kegiatan tersebut.

Midnight Noises itu, kata Tiara, merupakan kumpulan puisi dirinya yang tidak jarang membahas isu-isu soal perempuan. Sedangkan Perpus Kolektif merupakan sebuah perpustakaan keliling yang kerap melapak di Alun-alun Ahmad Yani, Kota Tangerang.

“Midnight Noises dan Perpus Koletftiflah yang menginisiasi acara ini, bekerja sama dengan Kedai Kinetik. Sasaran kami sebetulnya untuk perempuan muda, tapi tidak disangka laki-laki juga banyak yang hadir,” kata Tiara, Minggu (18/2).

“Kegiatan ini diharapkan agar para peserta yang hadir, mampu menyimpulkan bagaimana arti menjadi seseorang yang mandiri,” imbuhnya.

Pada sesi diskusi, seorang penggiat yang berkesempatan menjadi pembicara, Aphrodita Wibowo bercerita tentang usaha kerajinan tangan yang berhasil dirintisnya selama sepuluh tahun yakni Cemprut. Dirinya tak pernah menduga bahwa kerajinan tangan yang menjadi hobinya semasa kecil dulu, ternyata memberi keberkahan yang kini menjadi mata pencaharian baginya.

Salah mengambil jurusan dalam perkuliahan lalu menikah, membuat dirinya mengingat kembali pada kerajinan tangan yang menjadi hobinya sejak kecil, hal itulah yang membuat dirinya memutuskan untuk memulai usaha Cemprut. Sepuluh tahun bukanlah perkara yang mudah baginya, dukungan orang terdekat sangatlah penting untuk dirinya kala itu.

Pembicara lainnya yakni Alif Quita Nopianti, seorang pemilik usaha Egglustration yang bernaung dalam wadah kreatif yaitu Jakarta Creative Hub. Ia menceritakan bahwa sejak dibangku kuliah seringkali mendapat pesanan dari teman sekitarnya untuk menggambar. Namun ia menerima dengan senang hati, dan bahkan tidak pernah meminta imbalan.

Seorang sahabat mengingatkan dirinya pada suatu waktu, maka muncullah nama Egglustration tersebut. Tahun kemarin Egglustration mendapat tempat di Jakarta Creative Hub. Wadah tersebut juga menurutnya sangat membantu Egglustration dalam banyak hal. Oleh karenanya ia mengatakan, peran pemerintah dalam industri kreatif menjadi sangat penting. Dan hal itulah yang juga belum dirasakan di Kota Tangerang.

Kegiatan dilanjutkan dengan open mic, beberapa peserta pun maju untuk melantunkan puisi. Adapun kegiatan diharapkan agar para peserta yang menghadiri kegiatan tersebut, mampu menyimpulkan arti menjadi seorang yang mandiri. (Helmi)

Tinggalkan Balasan