Sosialisasi 4 Pilar MPR RI: Indonesia Adalah Negeri Ajaib

Sosialisasi 4 Pilar MPR RI
Abraham Garuda Laksono saat menyampaikan materi Sosialisasi 4 Pilar yang disenggarakan Anggota MPR RI Dapil Banten III, Ananta Wahana bertempat di Sekretariat DPC PDIP Kabupaten Tangerang, Rabu (5/4/2023).

Abe juga menyebut, bahwa Bung Karno pernah datang ke Yugoslavia menemui sahabatnya Josip Broz Tito sebagai pemimimpin negara itu.

Tito menunjukan negaranya yang sangat kuat. Bung Karno pun bertanya kepada Tito, warisan apa yang akan ia berikan kepada negaranya setelah ia meninggal.

Josip Tito dengan bangga mengatakan bahwa ia akan meninggalkan kekuatan militer yang sangat kuat yang akan menjaga keutuhan negaranya.

Lantas Tito balik bertanya kepada Soekarno apa yang akan ia wariskan kepada Indonesia jika sudah berpulang.

“Aku tidak khawatir, karena telah kuwariskan Pancasila sebagai jalan hidup bangsa Indonesia,” ujar Soekarno kepada Tito.

Dan benar saja, setelah Josip Broz Tito meninggal, negaranya sekarang sudah tidak ada karena terpecah pecah menjadi 7 negara.

Padahal Yugoslavia luas wilayahnya hanya 200 ribu km2. Sementara Indonesia panjang bentangan dari Sabang sampai Merauke itu sekitar 10 ribu km, atau setara Jakarta-Makkah, Arab Saudi.

Namun puluhan tahun setelah Bung Karno tiada, Indonesia tetap utuh hingga saat ini atau 77 tahun sejak merdeka 1945.

“Jadi itulah, mengapa orang luar menyebut Indonesia negeri ajaib. Pemersatu negara kita bukan kekuatan militer. Tapi sebuah ideologi yang kuat namanya Pancasila,” kata politisi muda PDI Perjuangan itu.

Makna Sila-sila Pancasila

Oleh karenanya, Bakal Calon Legislatif DPRD Provinsi Banten dari Dapil Kabupaten Tangerang itu juga menyatakan, Pancasila harus lebih diketahui, dimengerti, dan dipahami oleh seluruh warga negara.

“Untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Substansinya kita harus hidup gotong royong, tenggang rasa dengan toleran terhadap segala perbedaan,” jelasnya.

Selanjutnya Abe memaparkan makna dari sila-sila Pancasila. Untuk Sila Kesatu yang pada prinsipnya menegaskan, bahwa bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan, Tuhan-nya sendiri.

Tinggalkan Balasan