Berita  

Seba Baduy Banten, Warisan Budaya Ini Masih Melekat di Masyarakat

SEMARTARA, Serang – Prosesi budaya Seba Baduy memang selalu dinanti masyarakat banten setiap tahun perhelatannya. Seba Baduy merupakan sebuah prosesi adat budaya yang dipercaya masyarakat Baduy Dalam, maupun Luar, sejak ratusan tahun yang lalu.

Kegiatan tersebut biasanya melibatkan ratusan atau bahkan ribuan warga Baduy Dalam, dan Luar, secara bersama turun gunung untuk menyerahkan hasil Bumi kepada Gubernur Banten. Di tahun 2018 ini, Seba Baduy diikuti ribuan masyarakat Baduy, yang turun gunung dari tempat tinggalnya di Leuwidamar dan Bumi Kanekes. Semua warganya berjalan kaki untuk menyerahkan hasil bumi dengan menyusuri persawahan, naik turun gunung, keluar masuk hutan, hingga mencapai perkampungan.

Perjalanan spiritual warga Baduy ini menempuh jarak 115 Kilometer, dan sebagai ritual penutup, biasanya warga Baduy melakukan ritual Kawalu yakni berpuasa selama tiga bulan. Tradisi tersebut menjadi simbol budaya masyarakat banten yang begitu melekat dengan nilai-nilai sejarah leluhurnya.

“Tradisi ini jadi simbol dan identitas budaya Provinsi Banten. Ini adalah satu dari aneka ragam budaya unik di banten,” kata Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati.

Ditempat terpisah, Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, Adhia Muzakki mengaku sangat terkesan dengan tradisi budaya Seba Baduy yang masih tetap terjaga kelestariannya.

“Prosesi seba baduy ini merupakan bentuk ketaatan masyarakat baduy terhadap pemerintah, dengan esensinya juga bisa menjalin erat tali silaturahmi masyarakat baduy dengan pemerintah khususnya, dan masyarakat banten umumnya,” kata Adhia, Jum’at (20/4).

Melihat kehidupannya secara langsung, menurut dia, masyarakat baduy masih memegang erat budaya gotong royong, dan yakin akan kehidupan alam yang memiliki pengaruh besar terhadap keberlangsungan hidupnya.

“Gunung teu meunang dilebur, Lebak teu menang diruksak, lojor teu meunang dipotong, pendek teu meunang disambung. Itulah prinsip hidup masyarakat baduy yang masih melekat,” jelasnya.

Prinsip hidup masyarakat baduy memang patut menjadi contoh. Sebab kata Adhia, dengan menjaga alam seperti gunung, air, dan segala sumber kehidupan, maka semua akan sangat terasa manfaatnya. “Patut kita apresiasi filosofi hidup sederhana masyarakat baduy, dengan keeratan secara bersama-sama menjaga kelestarian alam serta lingkungan sekitar. Kita semua bisa mengikuti prinsip hidup warga baduy,” tuturnya.

Ia berharap agar pemerintah senantiasa mensupport acara tradisi budaya ini. Sebab, acara ini bisa menjadi daya tarik dan perhatian dunia internasional terhadap budaya banten. Bahkan banten memiliki kearifan budaya lokal tersendiri, dengan sebuah tradisi yang begitu kental, efek dominonya akan menarik wisatawan mancanegara sehingga berdampak signifikan terhadap ekonomi masyarakat banten.

“Kami harap pemerintah terus setia memberikan support terhadap masyarakat baduy. Dengan cara menjaga alamnya dan melestarikannya. Dan tentunya juga harus ada perhatian khusus dari pemerintah provinsi, agar masyarakat baduy menjadi terasa dirangkul dan terakomodir segala kebutuhannya,” pungkas Adhia. (Helmi)

Tinggalkan Balasan