Berita  

Mengenang Tragedi Rumah Lengkong dan Tewasnya Putra Haji Agus Salim di Tangsel

SEMARTARA Tangerang (30/1) – Setiap bulan Januari masyarakat Kota Tangerang Selatan selalu mengenang tragedi Rumah Lengkong yang menewaskan para tentara indonesia pasca kemerdekaan.

Rumah yang berlokasi di Tangerang Selatan ternyata juga menjadi salah satu kenangan bagi salah satu tokoh pejuang Haji Agus Salim. Karena dalam tragedi tersebut, selain menewaskan Mayor Daan Mogot, Subiyanto Joyohadikusuma, dan beberapa tentara Indonesia, ternyata juga menewaskan putra ke-empat Haji Agus Salim, pemimpin Sarikat Islam atau petinggi Partai Masyumi yang bernama Achmad Sjawket.

Saking cintanya Haji Agus Salim kepada anaknya tersebut, dirinya selalu mengenakan jaket militer anaknya yang sahid di perjuangan ibu pertiwi saat menjadi delegasi Indonesia keluar negeri.

Rumah lengkong sendiri merupakan markas tentara jepang yang rencananya menjadi tempat pelucutan senjata Jepang kepada Indonesia pada tanggal 25 Januari 1946.

Seperti dikutip histori; Tangerang, 23 Januari 1946, informasi intelijen itu diterima Letnan Kolonel Singgih (Komandan Resimen IV TKR Tangerang) dengan perasaan waswas. Disebutkan dalam laporan itu bahwa tentara Belanda yang sudah menduduki Parung, Bogor akan bergerak ke Lengkong guna melucuti pasukan Jepang yang bermarkas di wilayah tersebut.

Kala itu, Singgih berpikir jika Lengkong dikuasai Belanda, maka jalan terbuka bagi mereka untuk menyerang kedudukan Resimen IV di Tangerang, ujar Marzoeki Soelaiman, salah satu eks kadet AMT.

Saat itu pula, Singgih sejatinya juga sudah beberapa kali meminta Kapten Abbe, komandan tentara Jepang di Lengkong, untuk menyerahkan seluruh senjata kompinya. Namun selalu saat diminta, Abbe berkelit bahwa mereka tidak akan menyerahkan senjata-senjata itu tanpa sepengetahuan pihak Sekutu. Maka ditugaskanlah Mayor Daan Mogot (Wakil Direktur AMT) untuk memimpin operasi pelucutan tersebut.

“Dipilihnya Daan Mogot karena dia secara pribadi kenal dengan Kapten Abbe,” ujar sejarawan Rushdy Hoesein seperti dikutip Historia.

Namun sayang di tengah penyerahan senjata justru terdengar suara letusan senjata. Sehingga tentara jepang yang pada awalnya sudah pasrah justru menyerang delegasi Indonesia tersebut.

Beberapa tentara gugur di tempat diantaranya Mayor Daan Mogoy, Subiyanto Joyohadikusumo (paman Prawbowo), dan Achmad Sjawket putra Haji Agus Salim. Dan, sore menjadi hari yang tidak dapat dilupakan.

Saat ini Rumah Lengkong merupakan cagar budaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pemerintah. Hal ini bertujuan untuk mengajarkan para generasi muda tentang beratnya mempertahankan kemerdekaan. (Histori/Sayuti)

Tinggalkan Balasan