Berita  

Tahun 2017, 377 Orang dan 3,5 Juta Orang Mengungsi Akibat Bencana

SEMARTARA,Serang (31/12) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data kebencanaan selama tahun 2017. Hingga 30 Desember 2017, tercatat 2.341 kejadian bencana selama tahun 2017.

Rincian kejadian bencana tersebut terdiri dari banjir (787), puting beliung (716), tanah longsor (614), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (76), kekeringan (19), gempabumi (20), gelombang pasang dan abrasi (11), dan letusan gunungapi (2). Sekitar 99 persen adalah bencana hidrometeorologi, yaitu bencana yang dipengaruhi oleh cuaca dan aliran permukaan.

Dampak yang ditimbulkan akibat bencana selama tahun 2017, tercatat 377 orang meninggal dan hilang, 1.005 orang luka-luka dan 3.494.319 orang mengungsi dan menderita.

Kerusakan fisik akibat bencana meliputi 47.442 unit rumah rusak (10.457 rusak berat, 10.470 rusak sedang dan 26.515 rusak ringan), 365.194 unit rumah terendam banjir, dan 2.083 unit bangunan fasilitas umum rusak (1.272 unit fasilitas pendidikan, 698 unit fasilitas peribadatan dan 113 fasilitas kesehatan).

Bencana longsor adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Tercatat 156 orang tewas, 168 jiwa luka-luka, 52.930 jiwa mengungsi dan menderita, dan 7 ribu lebih rumah rusak akibat longsor selama 2017. Sejak tahun 2014 hingga 2017, bencana longsor adalah bencana yang paling mematikan.

Dampak banjir menyebabkan 135 orang tewas, 91 jiwa luka-luka, lebih dari 2,3 juta jiwa menderita dan mengungsi, dan ribuan rumah rusak. Puting beliung atau angin kencang juga terus mengalami peningkatan. Dari 716 kejadian putting beliung telah menyebab 30 jiwa tewas, 199 jiwa luka, 14.901 jiwa mengungsi dan menderita, sekitar 15 ribu rumah rusak.

Pengaruh siklon tropis Cempaka pada 27-29 November 2017 menyebabkan bencana di 28 kabupaten/kota di Jawa. Banjir, longsor dan puting beliung menyebabkan 41 orang tewas, 13 orang luka-luka dan 4.888 rumah rusak. Daerah yang paling terdampak adalah di Pacitan, Wonogiri, Kulon Progo dan Gunung Kidul karena berdekatan dengan posisi Siklon Tropis Cempaka.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, berdasarkan sebaran bencana, daerah paling banyak terjadi bencana adalah di Jawa Tengah (600 kejadian), Jawa Timur (419), Jawa Barat (316), Aceh (89), dan Kalimantan Selatan (57). Sedangkan untuk kabupaten/kota, daerah yang paling banyak terjadi bencana adalah Kabupaten Bogor (79), Cilacap (72), Ponorogo (50), Temanggung (46), dan Banyumas (45).

“Kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana mencapai puluhan trilyun rupiah. Hingga saat ini masih dilakukan perhitungan dampak dari bencana. Kerugian ekonomi paling besar akibat bencana selama tahun 2017 adalah dampak dari peningkatan aktivitas vulkanik dan erupsi Gunung Agung di Bali,” kata Sutopo dalam rilis resmi BNPB yang diterima semartara.com, Minggu (31/12).

Beberapa kerusakan dan kerugian akibat bencana yang terjadi pada tahun 2017 antara lain adalah banjir dan tanah longsor pengaruh Siklon Tropis Cempaka sekitar Rp 1,13 trilyun, banjir Belitung Rp 338 milyar. “Dan banjir serta longsor di Lima Puluh Koto Rp 253 milyar, longsor Cianjur Rp 68 milyar,” tuturnya.

Terpisah, Kepala pelaksana BPBD Provinsi Banten Sumawijaya mengatakan, tahun 2017 sejumlah bencana terjadi di Provinsi Banten, namun datanya masih dalam finalisasi.
“Secara umum Banten tahun 2017 berhasil mengurangi resiko bencana yang terjadi, seluruh aparat Penanggulangan Bencana Daerah di Provinsi Banten, Kabupaten kota telah bersama-sama melaksanakan program kegiatan pengurangan resiko bencana melalui seminar atau sosialisasi yang diadakan oleh BNPB dan BPBD Provinsi,” katanya.

Menurut Sumawijaya, BPBD tidaklah cukup dalam penanganan penaggulangan bila terjadi bencana, diperlukan semua pihak termasuk dunia usaha masyarakat ataupun relawan.

“Hal ini sesuai dengan Uandang – Undang Nomor 24 Tahun 2007, dimana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Bahkan untuk menguatkan program tersebut BPBD Banten telah menandatangani MoU dengan Brimob Polda Banten untuk membentuk SATGAS Kebencanaan pada tahun lalu,” ungkapnya. (Soe)

Tinggalkan Balasan