Dan, dalam kunjungannya itu, Harjo sedikit mengkritisi dan memberikan masukan kepada PT. Ninetology Indonesia yang memproduksi kendaraan listrik, namun baterai tidak diproduksi secara mandiri atau beli dari negara lain.
Ia menuturkan, jika baterai harus disuplai dari negara lain dikhawatirkan akan menjadi masalah di kemudian hari ketika terjadi embargo dari negara yang memasok baterai motor listrik tersebut.
“Khawatirnya, ketika terjadi embargo motor-motor yang diproduksi ini tidak bisa bergerak. Karena, komponen utamanya impor dari negara luar. Maka seharusnya komponen utama diproduksi disini,” tegas Harjo.
Direktur Operasional PT Juara Bike, Wilson Teoh mengatakan, bahwa perusahaannya sudah bergerak dari tahun 2011, dan setiap tahunnya mampu menjual 60.000 hingga 70.000 unit di seluruh Indonesia.
“Pabrik kita yang memiliki luas 3 Hektar ini tiap tahunnya mampu memproduksi 60.000 hingga 70.000 unit. Kita juga memiliki sorum sebanyak 50 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur PT Ninetology Indonesia, Wilson Wirawan menyatakan, bahwa pihaknya akan terus melakukan pembaharuan untuk kemajuan motor listrik yang diproduksi oleh perusahaan.
“Kami akan terus memperbaiki, kekurangan – kekurangan yang ada,” singkatnya. (Deri/Tri)