Kabupaten Tangerang, Semartara.News – Anggota MPR RI, Ananta Wahana, menyebut bahwa Empat Pilar MPR RI memang secara konstitusional telah final. Namun, secara praktek, hal itu belum bisa disebut final, karena masih banyak hal yang menjadi persoalan bangsa hari ini. Mulai dari kebebasan Asasi manusia hingga masih adanya orang membakar bendera Merah Putih.
Pernyataan di atas disampaikan oleh Politisi PDI Perjuangan itu, saat dirinya menggelar Sosialisasi Empat pilar MPR RI di Vihara Sobhita, Kabupaten Tangerang, Senin (1/2/2021).
“Secara konstitusional, Empat Pilar ini sudah final. Namun, prakteknya belum final, karena masih ada orang membakar bendera. Terus kebebasan Asasi juga belum sepenuhnya dijalankan,” tutur Anggota Komisi VI ini.
Oleh sebab itu, Ananta menuturkan, Sosialiasi Empat Pilar MPR RI tersebut, masih perlu dilaksanakan. Sebab, besar harapan dengan adanya sosialisasi itu, masyarakat bisa mengerti akan pentingnya nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara.

Di samping Ananta, Tri Roso, pemateri acara yang sekaligus Pembimas Budha Provinsi Banten menyampaikan, bahwa prinsip ketuhanan sudah cukup tegas di Pancasila. Sehingga, Pancasila sebagai pandangan Hidup dan pandangan Ideologi, bisa mempersatukan.
“Dengan Pancasila kita bebas tanpa tekanan. Tanpa Pancasila, kita tidak mungkin bisa berkumpul seperti ini, termasuk beribadah dengan tenang. Oleh karena itu, kita perlu berterimakasih kepada Soekarno, Muhammad Hatta, dan para penggagas Pancasila” tegasnya.
Clance Teddy, Politisi Milenial PDI Perjuangan yang juga pemateri di acara tersebut, membuka dengan pernyataan yang disambut meriah oleh puluhan peserta, di mana, ia menyebut, bahwa karena Pancasila, dirinya yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara, bisa bertemu dengan masyarakat Tangerang, Banten.
“Pancasila bisa mempertemukan saya yang orang Manado dengan Saudara dari Tangerang,” tuturnya.
Baginya, generasi Milenial melihat Pancasila tidak melihat dari sisi sejarah saja, tapi, mereka melihat, apakah teori dan nilai sejarah itu masih relevan atau tidak. Karena menurut Clance, mereka lebih cenderung memahami kepada apa yang mereka rasakan. Dan pemahaman Milenial terhadap Pancasila, justru lebih cenderung dinilai sebagai kepentingan elektoral saja.
“Mereka melihat Pancasila hari ini sebatas kepentingan elektoral, seperti, saya Pancasila dan saya bukan Pancasila,” tutur Sekjen GMNI Periode 2017-2019 ini.
“Tak hanya itu, mereka juga merasa, yang pro terhadap pemerintah dianggap Pancasilais, dan yang tidak pro pemerintah dianggap tidak Pancasilais. Sebab, Pemilu DKI dan Pilpres dari 2014 dan 2019, menjadi pembentuk paradigma generasi milenial tersebut. Kita menyaksikan, bagaimana yang mendukung dan tidak mendukung, cap Cebong dan Kampret. Itu yang membentuk paradigma Milenial,” tuturnya.
Menurut Clance, persolan tersebut diperparah, karena, tidak ada pihak yang mau menegaskan, bahwa Pancasila bukan persolan Elektoral semata. Namun, itu merupakan Falsafah dalam berbangsa dan bernegara. Sehingga, jika masyarakat sudah memahami nilai-nilai pancasila, polarisasi tersebut akan luntur dengan sendirinya.
Abraham Garuda Laksono, pemateri perwakilan generasi Milenial, menjelaskan, bahwa tidak sedikit masyarakat, terutama generasi Milenial, tau jika Pancasila itu Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia saja. Hanya saja, dalam praktek, Pancasila itu hanya dijadikan sebagai pembenaran saja.
Padahal, jelas Abraham, Pancasila merupakan hasrat dan keinginan dari para Founding Father untuk merdeka dan bersatu. Bahkan, urusan makan pun diatur dalam Ideologi tersebut. Oleh sebab itu, ia memberikan analogi perbedaan di atas dengan niat seseorang untuk menikah.
“Indonesia mempunya 1300 lebih etnis. Di dalam keluarga saja, kita bisa berbeda. Bagaimana dengan negara yang punya etnis sebanyak itu?,” kata Abraham.
“Perbedaan itu sesimple orang mau nikah. Ada yang mau nikah ketika punya rumah dan punya mobil, ada yang mau nikah kalau sudah punya rumah saja. Bahkan, ada yang mau nikah cukup modal cinta saja, itulah perbedaan pandangan dalam berbangsa dan bernegara. Dan itu tidak perlu diperdebatkan, karena semuanya benar,” katanya yang langsung disambut tepuk tangan oleh puluhan peserta.
Untuk diketahui, Sosialisasi Empat Pilar MPR RI ini, digelar di Vihara Sobhita, Kabupaten Tangerang, Banten. Acara tersebut dihadiri oleh puluhan peserta dari Tangerang Raya.