Jakarta, Semartara.News – Pengembangan perumahan transit oriented development (TOD) atau kawasan hunian yang diintegrasikan dengan transportasi publik merupakan konsep yang tepat diterapkan di kawasan perkotaan.
Hal ini bisa menjadi solusi kalangan pekerja dan ada banyak permasalahan kota yang bisa diurai dengan menerapkan kawasan TOD.
Mengutip Rumahcom, Kawasan perkotaan dengan aktivitas penduduk di dalamnya yang kian dinamis kerap menimbulkan dampak yang kurang baik. Kemacetan misalnya, telah menyebabkan banyak energi terbuang seperti waktu tempuh yang kian lama, penguapan bahan bakar, hingga mengurangi kualitas hidup.
Dengan kian baiknya aksesibilitas dan didukung dengan sarana transportasi publik, masyarakat sesungguhnya memiliki alternatif untuk memiliki hunian yang akan memudahkan lifestyle-nya. Salah satunya konsep hunian yang diintegrasikan dengan transportasi publik atau transit oriented development (TOD).
Menurut CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda, dengan tinggal di kawasan TOD masyarakat mendapatkan alternatif pilihan hunian yang sesuai kebutuhannya seperti harga yang lebih terjangkau, fasilitas lengkap di kawasan, hingga sarana mobilitas menggunakan transportasi umum.
“Perkembangan perkotaan sudah lazim akan membuat masyarakat kian merambah ke wilayah pinggiran atau penyangga. Saat ini wilayah-wilayah penyangga sudah dilintasi transportasi publik seperti Transjakarta, MRT, LRT, ataupun kereta komuter. Selama transportasi publik ini terkoneksi dengan simpul-simpul TOD maka ada alternatif hunian yang bisa dipilih kalangan pekerja,” ujarnya.
Kawasan TOD juga dikembangkan dengan optimalisasi lahan yang tinggi karena mengembangkan banyak fungsi properti di satu kawasan yang kompak dengan pengembangan vertikal. Hal ini membuat unit hunian yang ditawarkan menjadi lebih murah dibandingkan rumah tapak dan kawasannya dilengkapi dengan berbagai sarana maupun fasilitas termasuk transportasi publik yang dekat dan mudah.