Yogyakarta, Semartara.News – Rata-rata penumpang harian Kereta Rel Listrik (KRL) Yogyakarta-Solo, selama dua bulan moda transportasi massal tersebut resmi dioperasionalkan, Februari-Maret, menunjukkan tren peningkatan, sekitar 31,5 persen.
“Pengguna Kereta Rel Listrik (KRL) Yogyakarta-Solo, menunjukkan tren kenaikan harian. Jika KRL Jabodetabek ramai di hari kerja, maka KRL Yogyakarta-Solo ramai pada akhir pekan,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, seperti yang dikutip dari LKBN Antara di Yogyakarta, Minggu (4/4/2021).
Berdasarkan data KAI Commuter, jelas Anne, rata-rata penumpang harian KRL Yogyakarta Solo pada Februari 2021 sebanyak 4.809 orang, sedangkan pada Maret mengalami kenaikan menjadi 6.328 penumpang per hari. Sedangkan jumlah penumpang pada akhir pekan sepanjang Maret, rata-rata mencapai 8.382 orang, dan pada hari kerja rata-rata 5.488 penumpang.
Pada awal operasional, KRL Yogyakarta-Solo, hanya dioperasionalkan 20 perjalanan pulang pergi setiap hari. Namun, jumlah perjalanan kemudian ditambah guna memenuhi permintaan penumpang menjadi 22 perjalanan per hari, dan 24 perjalanan setiap akhir pekan.
KRL Yogyakarta-Solo, kata Anne, sepenuhnya menggantikan KA Prambanan Ekspress (Prameks). Pertumbuhan penumpang tersebut, juga didukung oleh kapasitas KRL yang memungkinkan lebih banyak melayani pengguna dibanding Prameks, serta jumlah stasiun pemberhentian yang lebih banyak.
KRL melayani naik turun penumpang di 11 stasiun, sedangkan KA Prameks hanya melayani penumpang di tujuh stasiun. Empat stasiun tambahan yang dibuka untuk pelayanan adalah adalah Gawok, Delanggu, Ceper, dan Srowot. Saat ini, terangnya, KAI juga sedang meningkatkan fasilitas layanan parkir di empat stasiun tersebut, dan Stasiun Brambanan untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna.
Pertumbuhan pengguna KRL di empat stasiun baru tersebut, juga bertambah yaitu rata-rata 522 orang perhari pada Maret atau naik 49 persen dibanding Februari sebanyak 350 orang perhari.
Selama masa pandemi COVID-19, dilakukan pembatasan jumlah penumpang, yaitu maksimal 74 orang pergerbong. Guna menyiasati kebutuhan pengguna, maka terdapat sejumlah perjalanan KRL dengan stamformasi delapan gerbong. Pada awalnya, KRL seluruhnya hanya dijalankan dengan stamformasi empat gerbong.
KAI Commuter berharap, operasional KRL Yogyakarta-Solo tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua kota tersebut, termasuk di wilayah sepanjang perlintasan.