Dengan area yang masih cukup luas, Telaga Kahuripan memanfaatkan betul selling point dari perkembangan infrastruktur ini yang dipadukan dengan konsep green nature di kawasannya yang mencapai lebih dari 50 persen untuk ruang terbuka. Konsep itu tidak terlepas dari riset selama masa pandemi dengan begitu banyak masyarakat menuntut konsep hunian yang lebih sehat hingga tuntutan berbagai sarana dan fasilitas untuk memudahkan lifestyle-nya.
Konsep ini diamini oleh pakar tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriyatna. Menurutnya, dengan kawasan yang cukup luas, re-branding yang dilakukan sangat tepat terlebih township yang menjadi wilayah penyangga sehingga akan berkembang menjadi pertumbuhan ekonomi baru khususnya bagi Kabupaten Bogor.
“Akses yang semakin mudah dan terhubung langsung dengan pusat pemerintahan Kabupaten Bogor di Cibinong, membuat kawasan di sini memiliki potensi untuk dikembangkan berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat. Bukan sekadar hunian yang sifatnya rumah, yang penting juga adalah pengembangan sarana dan fasilitas sesuai segmen dan kebutuhan masyarakat di sini,” jelasnya.
Lebih jauh lagi dengan semakin mudahnya aksesibilitas yang ditunjang dengan pengembangan infrastruktur, Telaga Kahuripan bisa berkembang menjadi pusat bisnis atau CBD hingga destinasi wisata. Infrastruktur yang terencana dan masuk dalam tata ruang Jabodetabek juga akan mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat sehingga potensi untuk kawasannya masih akan sangat berkembang.
Sementara itu menurut arsitek Thoat Fauzi, pandemi telah menggeser preferensi orang terkait kebutuhan huniannya dan telah menghilangkan tren apakah rumah modern-minimalis, tropis, klasik, dan lainnya karena saat ini yang lebih dibutuhkan adalah konsep rumah sehat.
“Pandemi membuat ada banyak pergeseran dan preferensi orang dalam memilih rumah tidak lagi berdasarkan style maupun tren yang update. Sekarang orientasinya pada hunian sehat dan unsur alam, dan pengembang yang menghadirkan konsep itu tanggap melihat kebutuhan pasar,” pungkasnya.(Sayuti)