GMNI Tangsel Optimis BPIP menjadi Poros Pemikiran Pancasila

SEMARTARA – Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Tangerang Selatan (Tangsel), Arief Haditio, menyayangkan perdebatan yang terjadi di media antara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Arief menanggapi bahwa perdebatan ini tidak lebih dari sandiwara panggung politik biasa.

“Saya sangat menyayangkan tokoh agama sebesar HRS menyampai pesan terbuka seperti itu kepada publik. Pesan ini lebih didominasi pikiran-pikiran negatif kepada kelompok tertentu daripada gagasan atau pemikiran yang ditawarkan.” ungkap Arief.

Selain itu, Arief meluruskan pesan yang disampaikan HRS tentang usaha BPIP untuk menjadikan Pancasila sebagai pilar negara.

“Pengkondisian Pancasila sebagai tiang atau pilar negara itu merupakan kegiatan mewahnya MPR RI. Dulu ide dan gagasan tersebut disosialisasikan di setiap Sosialisasi 4 Pilar oleh orang-orang MPR. Jadi jangan salah menunjuk-nunjuk badan yang tidak terkait seperti BPIP, nanti menjadi prasangka buruk yang cenderung fitnah.” tegas Arief.

Walaupun demikian, Arief mengingatkan agar kita yang menonton video tersebut dapat mengambil beberapa poin penting dari pesan tersebut.

“Sebagai kelompok gerakan intelektual, kita perlu menilai sebuah kritik secara obyektif. Ada beberapa poin positif yang telah disampaikan, seperti penjelasan HRS bahwa Indonesia adalah Negara Bertuhan dan/atau Penekanan bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan bukan bagian dari pilar-pilar negara.” lanjutnya.

Ia menekankan bahwa tokoh-tokoh nasional hari ini harusnya lebih memikirkan gagasan yang kritis dan mampu menjawab persoalan bangsa hari ini. Ia melihat masih banyak sektor-sektor pemikiran yang belum diaplikasikan sesuai dengan dasar negara Indonesia.

“Daripada berbicara tentang mengamankan posisi politik atau mengkritis di ranah permukaan, harusnya kita lebih mampu mengeksplorasi Pancasila dari segala sisi kehidupan kita. Sehingga Pancasila dapat bersaing dengan pemikiran global hari ini.” tuturnya.

Baginya, kehadiran BPIP telah memperbaiki kembali kesalahan yang dibuat oleh orang-orang MPR sebelumnya. Ia berharap kedepannya, BPIP dapat lebih berkembang dan menjadi poros pemikiran Pancasila.

“Saya belum melihat karya yang dihasilkan dari BPIP karena memang BPIP belum terbentuk secara sempurna. Tetapi saya sudah membaca karya orang-orang yang ada di dalamnya. Mereka adalah tokoh bangsa dengan pemikiran besar yang tidak membutuhkan gaji untuk masuk ke BPIP. Dari situ saya optimis terhadap pengembangan BPIP ke depannya.” tutup Arief. (Tio)

Tinggalkan Balasan