Pemerhati Pendidikan di Tangerang, Dra Hj Eny Suhaeni,
SEMARTARA, Kota Tangerang (10/10) – Terkait adanya dugaan oknum guru honorer yang mencari uang tambahan dengan cara menerima job kencan alias ‘booking out (BO)’ lewat jasa online di Kota Tangerang, Pemerhati Pendidikan dari salah satu universitas ternama di Kota Tangerang, Eny Suhaeni menilai, ini tanda-tanda rusaknya dunia pendidikan.
Karena menurutnya, profesi seorang pendidik merupakan ‘Murabbi’ (pembina), ‘Muaddib’ (penjaga moral), dan ‘Muallim’ (pemberi ilmu). Jika ketiga karakter tersebut tidak dimiliki seorang guru, kata Eny, sudah tentu menjadi alamat rusak karakter pendidik. Maka dalam hal ini, lanjut Eny, pemerintah tidak hanya memiliki tugas untuk menyelesaikan urusan honor yang layak, tetapi juga menguatkan pembangunan karakter seorang guru.
“Terlepas dari faktor apapun, ini fenomena menyedihkan dari segi karakter pendidik. Profesi guru yang mulia dicemari oleh prilaku sangat rendah. Ini ada yang salah dengan konsep kaderisasi guru, seolah profesi guru sama dengan buruh, sehingga tidak ada batas etika yang dijunjung,” tutur Eny.
“Maka pemerintah harus kuat memberikan pembinaan karakter guru, pinter saja tidak cukup, harus punya karakter kuat jika menjadi seorang guru,” lanjutnya.
Ia menegaskan, profesi seorang guru sangat berbeda dengan pegawai apapun, karena guru mempunyai tugas disamping mencerdaskan tetapi juga membangun dan menegakkan moralitas bangsa.
“Ini kondisi yang sangat menyedihkan di negeri kita, semua orang sudah sangat pragmatis dan materialis, ukuran-ukuran moralitas sudah kurang di gubris, bahkan hingga di sektor guru sebagai pendidik anak bangsa,” imbuhnya.
Sementara Ketua Umum (Ketum) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Tangerang Raya, Abdul Muhyi mengatakan, bila memang benar terjadi, oknum guru tersebut yang menerima Job Kencan alias ‘BO), harus segera diberhentikan.
“Betul, karena telah mencoreng dunia pendidikan, apalagi dia (oknum guru,-red) si pendidik. Ini juga perlu evaluasi terkait gaji guru honorer yang memang kecil, pemerintah juga sudah seharusnya memperhatikan gaji guru honorer, agar dapat selayaknya terpenuhi kebutuhan hidupnya,” jelas Muhyi.
Karena menurut Muhyi, berdasarkan informasi yang didapatnya, oknum guru tersebut melakukan hal itu karena dampak dari gaji honorer yang rendah. Meski demikian, seharusnya guru tersebut juga bisa mencari rezeki yang halal, bukan dengan cara seperti hal tersebut. “Selebihnya kita semua harus berhati-hati dan bijak dalam menggunakan teknologi atau bermain sosmed,” tandas Muhyi. (HEL)
Baca juga: