Berita  

Cuaca Ekstrem, Banten Siaga Banjir 

SEMARTARA, Serang (5/12)  – Musim penghujan diperkirakan mencapai puncaknya awal Desember 2017 hingga Februari 2018. Untuk mengantisipasi perubahan iklim, Pemprov Banten melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah melakukan pemetaan wilayah rawan bencana banjir.

Menurut Kabid Kesiapsiagaan BPBD Banten M Juhriadi, delapan kabupaten/kota di Banten semuanya rawan bencana banjir. Dalam tiga tahun terakhir, dari 155 kecamatan di Banten, 109 diantaranya rawan banjir.

“Cuaca hujan dalam waktu lama, dengan intensitas yang tinggi akan mengakibatkan banjir genangan di dataran rendah, dan akan mengakibatkan longsor didataran tinggi. Pada lahan lereng terjal serta kondisi tanah gundul, cuaca ekstrem juga bisa mengakibatkan angin puting beliung dibeberapa wilayah yang mengalami perbedaan suhu yang tinggi, dan rendah di wilayah tertentu terutama di wilayah pegunungan dan pantai, seperti wilayah Banten Selatan dan Barat,” kata Juhriadi kepada wartawan, Selasa (5/12)

Untuk penanganan kerusakan akibat bencana banjir, longsor dan angin puting beliung, BPBD Banten bekerjasama dengan BPBD kabupaten/kota melakukan upaya kaji cepat untik memenuhi kebutuhan dari yang terpapar bencana, misalnya kebutuhan logistik dan sarana prasarana. Termasuk melaporkan hasil kaji cepat itu ke BNPB Pusat.

“Bila kerusakan sarana dan prasarana lebih luas serta kebutuhan Logistik lebih besar, maka sesuai SOP Kedaruratan  BPBD kabupaten/kota harus segera melapor kepada Bupati/Walikota untuk segera dilakukan tanggap daturat bencana,” ungkapnya.

Tahun lalu, lanjut Juhriadi, Kabupaten Lebak dan Pandeglang ditetapkan sebagai daerah darurat bencana banjir dan longsor. “Saat ini kami terus melakukan koordinasi dengan BPBD kabupaten/kota serta instansi terkait lainnya, dalam hal mitigasi dan siaga bencana,” tuturnya.

Sebelumnya, Kepala Pelaksana BPBD Banten, Sumawijaya mengakui bila pihaknya belum memiliki sarana dan prasarana yang lengkap mengantisipasi bencana banjir dan longsor. “Kalau sarana dan prasarana yang dasar seperti alat evakuasi dan komunikasi sudah lengkap, tapi alat pendeteksi banjir kita belum punya,” katanya.

Dikatakan Sumawijaya, berdasarkan skenario pencegahan bencana banjir, alat pendeteksi banjir dibutuhkan cukup banyak, sebab harus dipasang disetiap kecamatan yang rawan banjir. “Di Banten kan ada 155 kecamatan, mayoritas rawan bencana banjir. Alat ini semoga tahun depan sudah kami miliki untuk dipasang di bagian hulu sungai yang melintasi setiap kecamatan,” ungkapnya.

Menghadapi cuaca ekstrem, Sumawijaya mengaku telah mengintruksikn Satuan Gugus Tugas (Satgas) Kebencanaan di Kecamatan Rawan Bencana yang beranggotakan 40 orang untuk siap terjun ke lokasi setiap terjadi bencana.

“Satgas Kebencanaan itu nantinya bergerak cepat ke lokasi bencana setelah menerima laporan masyarakat. Keberhasilan mitigasi bergantung dari pada partisipasi pemda dan masyarakat,” ujarnya.  (Soe)

Bacajuga:

  1. Warga Usulkan Sentra Budaya dan Pemaksimalan Wisata Air Danau Cipondoh
  2. Wali Kota Tangerang Ajak Pelaku Usaha Lakukan Aksi untuk Pembangunan Kota
  3. Tekan Angka Pengangguran, Pemkab Tangerang Gelar ‘Job Fair’ di Citra Raya