Jakarta, Semartara.News – Komisi VI DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Farmasi membahas rencana investasi dan operasional empat perusahaan BUMN Farmasi sepanjang tahun ini serta indikator pemulihan ekonomi nasional (PEN) usai pandemi Covid-19 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/10/2020).
Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana, mengatakan, Komisi VI mengapresiasi dan berterimakasih kepada segenap BUMN Farmasi yang hadir, karena sebagai perusahaan BUMN telah bekerja keras menangani Covid-19, termasuk mengupayakan vaksin, dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat.
“Kita semua mengapresiasi dan berterimakasih kepada segenap BUMN Farmasi yang hadir, karena sebagai perusahaan BUMN telah bekerja keras menangani Covid-19, termasuk mengupayakan vaksin, dan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat lewat pembagian APD dan lain-lain. Dan kita mengapresiasi manajemen perusahaan-perusahaan Farmasi ini karena mampu memberikan kontribusi pendapatan bagi negara yang cukup besar di masa pandemi, khususnya ketika banyak perusahaan swasta dan BUMN yang justru sedang merugi berat,” ujar Ananta.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) melanjutkan, namun terkait dengan hal positif tersebut, dirinya menanyakan terkait kelanjutan alat rapid test Biozek yang dikabarkan memiliki tingkat akurasi rendah dalam mendeteksi virus Corona dan di import dalam jumlah besar oleh BUMN Farmasi. Sudah sejauh mana pendistribusiannya serta kemana saja pendistribusian alat rapid test itu.
“Alat rapid test Biozek di impor dalam jumlah banyak oleh BUMN Farmasi, bagaimana sekarang kelanjutannya? Karena kabarnya alat tersebut bermasalah. Saat ini badan kesehatan dunia (WHO) dan ahli medis dunia justru menganjurkan alat rapid tes tipe ANTIGEN yang jauh lebih murah tetapi tingkat akurasinya sangat tinggi. Mengapa tidak dari dulu BUMN-BUMN Farmasi ini selangkah lebih maju dan mengupayakan alat rapid tipe ANTIGEN yang sudah dibicarakan sejak Juni sebetulnya? Kalau alat ANTIGEN ini bisa diupayakan, maka akan sangat membantu keuangan negara dan masyarakat,” ucap legislator dapil Banten III tersebut.
Menanggapi pernyataan tersebut, PT Kimia Farma Tbk (KAEF) selaku pengimpor rapid test Biozek dari perusahaan asal Belanda itu menyampaikan sudah menghentikan sementara pendistribusian rapid test Biozek ke fasilitas layanan kesehatan sambil meminta klarifikasi kepada Inzek International Trading BV Belanda selaku penjual. “Kimia Farma melakukan impor dan distribusi produk rapid test Biozek yang merupakan produk dari manufaktur Inzek International Trading BV Belanda sejak pertengahan April 2020. Produk ini sudah memiliki sertifikat Conformite Europeanne (CE) yang memenuhi persyaratan hukum untuk dapat diperdagangkan dan dikomersialisasikan di pasar Eropa. Dan Kimia Farma hanya mendistribusikan produk rapid test Biozek ke fasilitas layanan kesehatan, jejaring laboratorium pemeriksaan dan Dinas Kesehatan provinsi/kota/kabupaten,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Kimia Farma Tbk, Ganti Winarno.
Indofarma Dukung Pengadaan Tes Antigen
Sementara itu terkait dengan tes Antigen yang disarankan oleh WHO, PT Indofarma Tbk. siap mendukung pengadaan tes antigen untuk menggantikan rapid test (tes cepat) antibodi dalam pemeriksaan virus corona (Covid-19).
Mengganti tes rapid menjadi tes antigen sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, tes antigen memiliki keakuratan yang lebih tinggi.
Direktur Utama PT Indofarma Tbk Arief Pramuhanto mengungkapkan tes cepat merupakan alat screening (penyaringan) awal untuk mendeteksi orang yang terinfeksi Covid-19. Karena kebutuhannya yang tinggi, tes cepat antibodi disebut masih diperlukan walaupun standar pedoman infeksi harus berdasarkan tes PCR.
Sebagai contoh, Arief menjelaskan pihaknya bekerjasama dengan PT Angkasa Pura di sejumlah bandara untuk pemeriksaan awal Covid-19 menggunakan tes cepat antibodi.
Arief mengakui keakuratan tes cepat antibodi tidak setinggi tes PCR. Namun di bawah tes PCR, ada tes cepat antigen yang bisa dijadikan rujukan yang lebih akurat mengenai orang yang terinfeksi Covid-19.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat regulasinya bisa keluar sehingga nanti kita juga bisa siap mendukung pengadaan rapid test antigen,” kata Arief dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (5/10/2020).
Dia menuturkan hingga saat ini, PCR masih jadi guidance standard, sehingga belum bisa gantikan. Selain itu, ada yang namanya rapid test antigen dan memang sudah ada produk rekomendasi WHO yang masuk.
Arief berharap regulasi mengenai penggunaan tes cepat antigen akan bisa segera keluar guna menggantikan penggunaan tes cepat antibodi.
“Kami mengharapkan juga pihak otoritas bisa memberikan aturan atau regulasi bahwa memang antigen ini bisa menjadi alternatif untuk menggantikan rapid test antibodi,” katanya. (Agung).
Beranda
Ragam
Parlementaria
Ananta Wahana Pertanyakan Stok Rapid Test Biozek dan Saran WHO pada BUMN Farmasi
Ananta Wahana Pertanyakan Stok Rapid Test Biozek dan Saran WHO pada BUMN Farmasi
