Jakarta, Semartara.News – Tepat hari ini, Kamis (1/10/2020), diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila setelah satu hari sebelumnya mengenang para korban G30S/PKI. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, memang tak lepas dari Gerakan 30 September 1965 oleh PKI yang menyebabkan 7 perwira tinggi dan 1 perwira menengah TNI AD gugur.
Sejak saat itu, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dilakukan oleh seluruh masyarakat dengan upacara dan pengibaran bendera Merah Putih. Hari Kesaktian Pancasila diatur dalam Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Darat tertanggal 17 September 1966 (Kep 977/9/1966). Dalam surat tersebut, peringatan Hari Kesaktian Pancasila harus dilakukan TNI Angkatan Darat. Selanjutnya ada usul dari Menteri/Angkatan Kepolisian terkait peringatan Kesaktian Pancasila.
Dengan usul tersebut, akhirnya keluar Keputusan Menteri Utama Bidang Pertahanan dan Keamanan Jenderal Soeharto (Kep/B/134/1966). Surat tertanggal 29 September 1966 memerintahkan, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dilakukan seluruh slagorde (jajaran) angkatan bersenjata dengan mengikutkan masyarakat.
Kepada Semartara.News, Anggota Komisi VI DPR RI, Ananta Wahana, menyampaikan makna Hari Kesaktian Pancasila. Menurut Ananta, Pancasila sudah menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara.
“Kita sudah tahu Pancasila sebagai falsafah serta ideologi bangsa. Karena menjadi dasar negara maka Pancasila harus menjadi pedoman hidup berbangsa. Sehingga semua kebijakan, semua perilaku harus didasarkan kepada pancasila. Karena itu menjadi bagian dari hidup kita, maka pancasila ini menjadi sesuatu yang paling tinggi dalam tata hidup kita,” kata Ananta, Kamis (1/10/2020).
Politisi PDI Perjuangan tersebut melanjutkan, jadi apabila disebut Pancasila sakti, itu menjadi sangat relevan, karena semuanya harus didasarkan kepada nilai-nilai pancasila. Baik itu perilaku pribadi kita maupun perilaku negara.
“Kembali saya tegaskan, Pancasila harus menjadi pedoman perilaku individu dan negara. Jadi pancasila itu harus menjadi perilaku negara, yang dimaksudkan dengan perilaku negara adalah semua kebijakan-kebijakannya,” terang Ananta.
Terkait dengan maraknya penyebaran isu tentang kebangkitan PKI, Ananta menuturkan sudah puluhan tahun yang lalu PKI dibubarkan melalui TAP MPR, itu artinya sudah bubar. “Kemudian kalau konspirasi internasional, komunisme bukan PKI itu sudah rontok, artinya sudah tidak diyakini oleh umat manusia sebagai sistem nilai. Sehingga, isu PKI tersebut biar saja berlalu, kalau dimanfaatkan oleh segelintir orang atau elit-elit tertentu biarkan saja, nantinya itu semua akan berlalu,” ucap Ananta.
Lebih lanjut Legislator dapil Banten III itu menyampaikan, justru yang harus kita hadapi saat ini adalah masalah pandemi virus Corona (Covid-19). Masyarakat harus bergotong rotong menghadapi musuh bersama tersebut yang tidak kasat mata.
“Kita harus bergotong royong hadapi musuh tak kasat mata ini. Pemerintah juga sudah menginstruksikan tentang protokol kesehatan dengan menerapkan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak) itu saja yang harus dilakukan oleh masyarakat secara disiplin,” kata Ananta.
Pasalnya, dikatakan Ananta, apabila masalah Covid-19 bisa teratasi, maka nantinya negara kita akan kembali menjadi negara yang pertumbuhan ekonominya meningkat pesat.
“Apabila perekonomian kita meningkat, maka kita akan mencapai kesejahteraan yang kita cita-citakan. Oleh karena itu, saat ini kita harus menangani masalah Covid-19 dengan gotong royong agar pertumbuhan ekonomi yang kita cita-citakan tercapai, sehingga kesejahteraan masyarakat, dan keadilan sosial itu tercapai,” tutup Ananta.
Sejarah Singkat Hari Kesaktian Pancasila
Seperti diketahui bersama, pada 30 September 1965, terjadi sebuah peristiwa Gerakan 30 September (G30S). Peristiwa tersebut masih menjadi perdebatan hingga kini mengenai siapa pendorongnya dan apa sebab yang melatar belakanginya.
Namun pihak militer dan kelompok keagamaan terbesar pada saat itu menyebarkan kabar. Jika peristiwa tersebut adalah upaya PKI untuk mengubah pokok Pancasila menjadi ideologi Komunis.
Gerakan yang disebabkan G30S sendiri pada akhirnya berhasil disudahi oleh pihak militer Indonesia. Kemudian pemerintahan orde baru menetapkan tanggal 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September (G30S). Dan 1 Oktober diperingati sebagai Hari Kesaktian Pancasila. (Agung).
Ananta Wahana: Pancasila Sebagai Perilaku Individu dan Negara
