Anggota DPR RI Dapil Banten III itu berharap KCJB mampu memicu pembangunan kawasan dan sentra ekonomi baru, serta berpotensi untuk dikembangkan seluruh Indonesia.
“KCJB turut berkontribusi dalam meningkatkan daya saing nasional. Dengan menciptakan konektivitas unggulan antar kota yang dipadukan dengan pengembangan transportasi terintegrasi yang berkelanjutan,” ujarnya.
Selanjutnya Ananta menjelaskan, bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini bukan bantuan China. Proyek ini merupakan kerja sama antara perusahaan yang tergabung dalam konsorsium dengan nama Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC).
Menurut dia, terdapat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Wijaya Karya sebagai perusahaan konstruksi, PT Perkebunan Nusantara VIII sebagai pemilik mayoritas lahan, Jasa Marga yang berpengalaman mengelola jasa asuransi perjalanan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang saat ini menjadi pimpinan proyek.
“Mereka semua berinvestasi. Jadi bukan program bantuan, tapi murni bisnis dengan skema B2B (business to business),” ungkapnya.
Diketahui, proyek KCJB mulai pembangunan sejak tahun 2018, proyek KCJB semakin berprogres menuju fase operasional pada Juni 2023.
KCJB dibangun oleh 7 perusahaan terkemuka dari Indonesia dan Tiongkok yang telah berpengalaman mengerjakan proyek infrastruktur global dan tergabung dalam High Speed Railway Contractor Consortium atau HSRCC.
Saat ini progres konstruksi pembangunan KCJB sudah mencapai 91,7%.
Dengan adanya KCJB, waktu yang dibutuhkan untuk bepergian dari pusat Kota Jakarta ke pusat Kota Bandung hanya sekitar 1 jam saja. (Jack)