Kota Tangerang, Semartara.News – Sudah enam minggu turap jebol di Sungai Cisadane Timur belum ada penanganan. Rabu, (01/06/22).
Lokasi turap jebol tersebut berada di RT 04/05 Kelurahan Batusari, Kecamatan Batuceper, Kota Tangerang. Turap jebol pada 12 Mei 2022.
Hardiansyah Ketua KNPI Kecamatan Batuceper menyayangkan belum adanya penanganan lebih atas turap yang jebol. Karena itu, dirinya mendatangi Kantor Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWS), yang berada di Kota Tangerang.
“Saya ingin memastikan apakah surat dan pelaporan turap yang jebol sudah diterima dan sejauh mana perkembangannya,” katanya.
“Hasilnya, kami diminta menunggu karena belum ada tanggapan dari pihak BBWS Pusat,” tambahnya.
Jebolnya turap diduga karena pengikisan tanah di sekitar turap, yang membuat daya tahan turap tidak maksimal menahan arus air. Terlebih lagi, kondisi turap sudah tua dan rapuh.
Sebelumnya, Hardi menyampaikan sudah melakukan koordinasi dengan pihak pemerintah setempat. Namun, penanganan yang dilakukan sebatas pemeliharaan karena tidak memiliki kewenangan lebih.
“Saya sudah berkoordinasi dan mereka sudah datang ke lokasi, ada Kasie Ekbang Kecamatan Batuceper, Kasie Ekbang Kelurahan Batusari dan Dinas PUPR Kota Tangerang,” katanya.
“Hanya, membersihkan eceng gondok, tanaman liar dan memotong pohon yang roboh di area turap yang jebol. Selain itu, mereka melakukan pelaporan kepada pihak BBWS di Kota Tangerang,” imbuh Hardi yang juga bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi turap yang jebol.
BBWS Pusat Belum Menanggapi
Semantara itu, Ema staf irigasi BBWS di Kota Tangerang, mengatakan secara administrasi kita sudah sampaikan. Karena itu, pihaknya hanya menunggu tindakan dari BBWS Pusat, yang berada di Kalimalang, Jakarta.
“Surat sudah kami sampaikan secara administrasi. Untuk saat ini, kami hanya bisa melakukan itu,” katanya.
Ema pun menjelaskan bahwa tugas dan fungsinya adalah rehabilitasi. Namun, rehabilitasi dilakukan ketika sudah ada dalam perencanaan.
“Artinya, rehabilitasi tahun ini sudah direncanakan di tahun sebelumnya. Jadi, kalaupun kita mau tangani tidak bisa cepat karena tahun ini kami tidak punya slot untuk tanggap darurat, paling tahun depan, kita masukan dahulu ke dalam perencanaan,” terangnya.
Di samping itu, Ema tidak bisa menjelaskan kenapa turap yang jebol di Kelurahan Batusari belum ditanggapi. Dia pun berharap agar ada penangan tanggap darurat lebih dahulu karena cepat respon.
“Mungkin masih ada yang skala darurat. Kalau saya berharap disikapi dengan penanganan darurat dahulu oleh BBWS Pusat. Biasanya, kalau penanganan darurat itu cepet, ketika ada informasi, besok langsung diturunkan petugas terus dikerjakan,” ungkapnya.
Di sisi lain, khawatir meluasnya aliran Sungai Cisadane ke areal sawah dan permukiman, masyarakat menutup turap yang jebol. Masyarakat menutup turap yang jebol ala kadarnya dengan menggunakan batang pohon, papan dan material bekas. (Kahfi/Say)