Suryalaya Gelar Seminar Internasional: Spiritualitas sebagai Solusi Krisis Global

Seminar internasional Suryalaya bahas tasawuf, ekologi, dan transformasi sosial dalam peringatan Milad ke-120 pesantren.
Suasana Seminar Tasawuf Internasional di Gedung Tarminah Bakti, Kampus IAILM Suryalaya, dengan peserta hadir secara luring dan daring. (Foto: Ist)

Tasikmalaya, Semartara.News — Pondok Pesantren Suryalaya kembali menjadi sorotan internasional melalui penyelenggaraan Seminar Tasawuf Internasional yang berlangsung di Gedung Tarminah Bakti, Kampus Institut Agama Islam Luhur Muhammadiyah (IAILM) Suryalaya. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Milad ke-120 Pondok Pesantren Suryalaya dan digelar pada Rabu, 3 September 2025. Seminar dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Singapura, yang mengikuti secara langsung maupun daring melalui platform Zoom Meeting.

Mengusung tema “Ekologi dan Spiritualitas di Era Krisis,” seminar ini mengangkat isu-isu krusial yang tengah dihadapi dunia saat ini, seperti krisis lingkungan, sosial, dan kemanusiaan. Para ulama, akademisi, serta praktisi tasawuf berkumpul untuk berdiskusi dan berbagi pandangan mengenai bagaimana ajaran sufisme dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan global tersebut.

Tasawuf dan Ekologi: Menyelamatkan Dunia dari Dalam

Dalam sambutannya, Rektor IAILM Suryalaya, Dr. H. Asep Salahudin, M.Ag., menegaskan bahwa tema seminar ini dipilih dengan penuh pertimbangan. “Sufisme bukan sekadar teori atau wacana akademis. Ia harus hadir dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ranah sosial, politik, maupun ekonomi. Kerusakan dunia makrokosmos selalu berawal dari kerusakan batin manusia, atau mikrokosmos. Oleh karena itu, pembenahan jiwa adalah kunci utama untuk menyelamatkan dunia,” ujarnya.

Sesi Pertama: Spiritualitas dalam Manajemen dan Transformasi Sosial

Sesi pertama yang dipandu oleh Agus Samsul Basar, M.M.Pd., menghadirkan tiga narasumber utama:

  • Datin Sri Hajjah Dr. Norasfhah Hanim Yaakop Yahaya Al-Haj membawakan materi tentang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Spiritualitas, menekankan pentingnya keseimbangan antara produktivitas kerja dan nilai-nilai spiritual.
  • Prof. Hajjah Dr. Faridah Haji Hassan mengupas Manajemen Strategik dan Pemasaran Berbasis Etika, sebuah pendekatan agar dunia bisnis tetap berlandaskan moralitas dan tanggung jawab sosial.
  • Dr. Muhamad Kodir, M.Si. dari Indonesia menyampaikan paparan mengenai Tarekat dan Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Madani, dengan menyoroti peran TQN Suryalaya dalam membangun masyarakat yang sehat, toleran, dan berkeadilan.

Sesi Kedua: Dialog Lintas Mazhab dan Konteks Global

Dipandu oleh Dr. Try Ridwan Santoso, M.A., sesi kedua menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang dan negara:

  • H. Miftah Fauzi Rakhmat, M.A. membahas Tasawuf sebagai Jembatan Dialog Keragaman Mazhab dan Agama, menekankan pentingnya toleransi dan pemahaman antar kelompok.
  • Dr. Muhammad bin Hj. Ali Muhammad dari Singapura berbagi pengalaman mengenai dinamika dakwah TQN di Singapura.
  • Dr. Muhammad Mubarak bin Habib Muhammad juga dari Singapura memaparkan kajian berjudul Contemporary Sufism in Singapore: Redefining the Focus for Research in Sufism, yang menyoroti perlunya pendekatan kontekstual dalam studi tasawuf di era modern.
  • Prof. Dr. Ajid Thohir, M.A., CIHCS mengupas pemikiran Jalaluddin Rumi, menegaskan bahwa cinta adalah inti dari tasawuf dan merupakan energi spiritual yang melampaui batas agama dan bangsa.

Apresiasi dan Inspirasi dari Peserta

Dalam testimoni yang disampaikan, Dr. Norasfhah mengapresiasi peran Suryalaya dalam menggabungkan spiritualitas dengan kepedulian sosial dan ekologis. “Tema seminar ini sangat relevan dan mencerminkan identitas Suryalaya yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan,” ujarnya.

Sementara itu, Rojaya, salah satu peserta seminar, mengaku sangat terinspirasi oleh teladan Pangersa Abah Anom, Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin ra., yang sejak lama menanamkan kesadaran ekologis melalui berbagai gerakan nyata, seperti penanaman pohon jati di lingkungan pesantren. “Saya merasa bersyukur dapat mengikuti seminar ini. Narasumber yang hadir dari tiga negara memberikan wawasan luas bahwa tasawuf sangat relevan sebagai jawaban atas krisis global yang kita hadapi,” ungkapnya.

Suryalaya sebagai Mercusuar Spiritualitas Dunia

Seminar ini menegaskan bahwa tasawuf tidak hanya membentuk pribadi yang saleh secara spiritual, tetapi juga menawarkan solusi konkret terhadap persoalan lingkungan, kemanusiaan, dan sosial. Dari Tasikmalaya, gema tasawuf rahmatan lil ‘alamin kembali dipancarkan ke seluruh dunia, menjadikan Pondok Pesantren Suryalaya bukan hanya sebagai pusat pendidikan Islam, tetapi juga sebagai mercusuar peradaban spiritual yang berpengaruh secara global.

Melalui kegiatan ini, Suryalaya memperkuat posisinya sebagai institusi yang mampu menjembatani tradisi keilmuan tasawuf dengan tantangan kontemporer, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk mengembangkan spiritualitas yang berwawasan luas dan peduli terhadap lingkungan serta kemanusiaan. (*)

Tinggalkan Balasan