Ananta mengungkapkan, menurut laporan organisasi internasional yang fokus pada isu perdagangan, investasi, dan pembangunan atau UNCTAD (Mei, 2021), tercatat bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pasca penjajahan masih menjadi eksportir bahan mentah kepada negara bekas penjajah selama 50-70 tahun setelah merdeka.
“Kita (Indonesia) adalah salah satunya. Maka, kita harus contoh Tjokroaminoto yang tegas mengatakan orang-orang Eropa datang hanya untuk mencari yang mereka tidak punya, kemudian diolah di negaranya, sehingga memiliki nilai tambah yang lebih tinggi,” terang Ananta.
“Jadi, masyarakat Pandegelang harus bangkit dengan cara dapat mengolah bahan mentah menjadi produk yang lebih bernilai,” ucap politisi PDI Perjuangan yang identik mengenakan Blangkon bermotif batik Suku Baduy itu.
Agenda Indonesia Maju
Menanggapi hal itu, Ahli Muda Penanaman Modal BKPM, Supriyadi menyampaikan, bahwa apa yang dikatakan Ananta Wahana sejalan dengan 5 agenda besar Indonesia Maju.
“Dari 5 agenda besar arahan Pak Presiden Jokowi itu, yang berhubungan dengan sosialisasi ini adalah hilirisasi dan industrialisasi SDA dan UMKM naik kelas,” kata Supriyadi.
Terlebih lagi, sambung Supriyadi, para peserta memiliki usaha yang bahan mentahnya masuk ke dalam 8 sektor prioritas yakni terkait perikanan.
Menurut dia, BKPM memiliki rodmap hilirisasi investasi strategis dengan 8 sektor prioritas, diantaranya mineral, batubara, minyak, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.
“Maka, perikanan sebagi bahan mentah bapak-ibu harus kita hilirisasi menjadi sebuah produk yang bisa meningkatkan harga jualnya,” imbuhnya.
Pada akhir sosialisasi, dalam sesi tanya jawab para peserta berkesempatan mempromosikan produknya.
Setelah itu, para narasumber, Ananta Wahana dan perwakilan Kementerian BKPM mendapat oleh-oleh produk para peserta. (TIM)