Yugoslavia itu hanya sebesar kira kira 200 ribu kilometer persegi, sedangkan Indonesia hampir 2 juta kilometre persegi.
“Nah saya sekarang beri tahu, mengapa Yugoslavia bisa terbelah seperti itu tapi Indonesia tidak,” ucapnya.
Abraham menjelaskan, bahwa pemimpin Yugoslavia, Josip Broz Tito dan presiden pertama Indonesia Bung Karno sangatlah dekat.
Setelah Indonesia merdeka, Bung Karno pernah datang ke Yugoslavia dan Tito menunjukan negaranya yang sangat kuat.
Suatu Ketika Bung Karno bertanya kepada Tito, warisan apa yang akan ia berikan kepada negaranya setelah ia meninggal.
Josip Tito dengan bangga mengatakan bahwa ia akan meninggalkan kekuatan militer yang sangat kuat yang akan menjaga keutuhan negaranya.
Lantas Tito balik bertanya kepada Soekarno apa yang akan ia wariskan kepada Indonesia jika sudah berpulang.
“Aku tidak khawatir, karena telah kuwariskan Pancasila sebagai jalan hidup bangsa Indonesia,” ujar Soekarno kepada Tito.
Dan benar saja, setelah Josip Broz Tito meninggal, negaranya sekarang sudah tidak ada karena terpecah pecah.
Namun puluhan tahun setelah Bung Karno tiada, Indonesia tetap utuh, dan bulan Agustus ini segenap rakyat Indonesia serentak mengibarkan Bendera Merah Putih merayakan HUT ke 77 kemerdekaan.
“Jadi itulah, pemersatu negara kita bukan lem istimewa, bukan hipnotis, bukan militer. Tapi sebuah ideologi yang kuat yang namanya Pancasila,” tegasnya.