Jakarta, Semartara.News — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia dalam tren yang terus menguat, tumbuh 5,01 persen di Triwulan I 2022 dan menguat signifikan menjadi 5,44 persen di Triwulan II tahun 2022.
Presiden Jokowi menyampaikan hal itu pada pidato keterangan pemerintah atas RUU tentang APBN tahun anggaran 2023 beserta nota keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Selasa (16/8/2022).
“Sektor-sektor strategis seperti manufaktur dan perdagangan tumbuh secara ekspansif, didukung oleh konsumsi masyarakat yang mulai pulih serta solidnya kinerja ekspor. Neraca perdagangan telah mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut,” ungkap Jokowi dalam pidatonya.
Sementara soal laju inflasi, menurut Jokowi, Indonesia masih jauh lebih moderat dibandingkan dengan negara lain. Per Juli, tingkat inflasi Indonesia sebesar 4,9 persen year on year.
Hal itu ditopang oleh peran APBN dalam menjaga stabilitas harga energi dan pangan. Konsekuensinya, anggaran subsidi dan kompensasi energi pada tahun 2022 meningkat menjadi Rp502 triliun.
Kendati ke depan, kata Presiden Jokowi, harus terus menjaga kehati-hatian dan kewaspadaan. Sebabnya risiko gejolak ekonomi global masih tinggi.
“Perlambatan ekonomi dunia tetap berpotensi memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi domestik dalam jangka pendek,” ujar Jokowi.
Pidato Lengkap Presiden Jokowi
Berikut pidato lengkap Presiden Jokowi tentang RAPBN 2023 dan nota keuangannya;
Bapak-Ibu hadirin sekalian yang berbahagia serta Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air.
Alhamdulillah, Indonesia mendapatkan apresiasi sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi dan memulihkan ekonominya dengan cepat.
Pemulihan ekonomi Indonesia dalam tren yang terus menguat, tumbuh 5,01 persen di Triwulan I 2022 dan menguat signifikan menjadi 5,44 persen di Triwulan II tahun 2022.
Sektor-sektor strategis seperti manufaktur dan perdagangan tumbuh secara ekspansif, didukung oleh konsumsi masyarakat yang mulai pulih serta solidnya kinerja ekspor.
Neraca perdagangan telah mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut.