Penyusutan jumlah penumpang mencapai -52,82 persen (2020) dan -64,15 persen (2021). Hal ini dapat dimaklumi karena pada dua tahun itu, pemerintah melakukan pengetatan aturan perjalanan masyarakat termasuk membatasi kapasitas daya angkut penumpang kereta hingga 50 persen.
Tindakan itu dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona.
Kereta listrik Commuterline yang dioperasikan PT KAI Commuter Indonesia (KCI), anak usaha PT Kereta Api Indonesia (KAI), tampil sebagai primadona transportasi masyarakat di Jakarta dan daerah-daerah penyangganya.
Menurut Vice President Corporate Secretary KCI Anne Purba, setiap harinya hampir 900 ribu orang memakai jasa Commuterline.
Tersedia sebanyak 1.081 kali perjalanan Commuterline ke berbagai tujuan di seputar Jabodetabek. Alhasil, pengguna jasa Commuterline Jabodetabek menyumbang rata-rata 79 persen dari total penumpang kereta api setiap tahunnya.
Data Ditjen Perkeretaapian lagi-lagi mengungkapkan, pada 2017 kereta Jabodetabek sanggup menggendong 314.317.883 penumpang atau 80,11 persen dari total pengguna jasa kereta api di tahun itu. Pada 2018, angka itu menjadi 334.487.297 orang (79,40 pesen) dan 2019 sebesar 334.102.903 orang (83,09 persen).
Ketika pandemi 2020-2021, kereta Jabodetabek tak surut menyumbang persentase tertinggi bagi keseluruhan penumpang yang naik si ular besi, yakni masing-masing 199.255.108 orang (80,09 persen) dan 162.572.707 orang (83,68 persen).
Bahkan menterengnya barisan kereta api utama di lintas utara dan selatan Jawa milik KAI berlabel Argo dan sejenisnya tetap tak sanggup mengalahkan kemampuan daya angkut kereta listrik di Jabodetabek.
Pada 2017, mereka mengangkut 38.311.574 orang disusul 2018 dengan 47.552.496 orang dan 2019 sebanyak 47.157.593 penumpang. Periode pandemi 2020-2021 merosot hanya 14.085.584 dan 10.191.208 orang.(jack)
Sumber: Indonesia.go.id