Satgas Covid-19 Imbau Penerapan Protokol Kesehatan di Perkantoran

Karyawan melakukan aktivitas di pusat perkantoran, kawasan SCBD, Jakarta, Senin (8/6/2020). Pekan kedua masa pembatasan sosial berskala berskala besar (PSBB) transisi, Pemprov DKI Jakarta mulai memperbolehkan karyawan di perkantoran kembali bekerja dengan kapasitas karyawan hanya dibolehkan sebanyak 50 persen dari jumlah karyawan dalam satu ruangan. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.

Jakarta, Semartara.Nws – Sejumlah media menyebut adanya kluster pejabat dan juga telah merenggut nyawa para pejabat. Hal itu ditengarai dipicu dari banyaknya kasus positif yang ditemukan di perkantoran belakangan ini, khususnya dari instansi pemerintahan.

Namun menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, sebenarnya sampai saat ini kluster penyumbang kasus terbanyak masih diduduki kluster rumah sakit.

“Namun jumlah kluster perkantoran makin lama, makin meningkat,” ungkapnya menjawab pertanyaan media dalam jumpa pers di Kantor Presiden, Kamis (17/9/2020).

Wiku mengingatkan kembali pengertian kluster sendiri, adalah suatu konsentrasi atau kumpulan kasus di suatu tempat karena terjadi penularan yang berasal dari lokasi tersebut.

Melihat kondisi hari ini dari kluster perkantoran sudah ada lebih dari 5 orang kepala daerah dan pejabat publik yang meninggal karena Covid-19. Karenanya pihak baik yang ada di perkantoran maupun dalam perjalan pergi dan pulang, untuk betul-betul di cegah agar tidak terjadi penularan dan ditularkan dari kluster lainnya.

Saat ini pemerintah sudah transparan terkait pada pejabat yang terkenda Covid-19. Bahkan sudah banyak media yang memberitakan kasus tersebut.

“Dan ini merupakan bentuk transparansi publik dan tidak perlu terjadi stigma negatif kepada para pejabat publik, karena virus ini tidak mengenal jabatan, tidak mengenal jenis kelamin, tidak mengenal umur dan tidak mengenal waktu. Ini terjadi di seluruh dunia,” jelasnya.

Ia meminta para pimpinan kantor dapat melindungi diri, saudara, kerabat, sejawat dan rekan-rekan kerjanya agar tidak terjadi korban lagi.

“Semua ini tergantung pada kita semuanya dalam merubah perilaku dalam menjalankan protokol Kesehatan,” ujarnya. (*)

Tinggalkan Balasan