Jakarta, Semartara.News – Sutradara Shawn Levy membagi film-film klasik yang menjadi inspirasi dan referensinya saat menggarap film terbarunya, “The Adam Project”, yang baru-baru ini tayang di Netflix.
“Saya bisa berbicara tanpa henti tentang film-film ini,” kata Levy, dalam A.Frame Oscars, Selasa.
Rekomendasi Shawn Levy
Film pertama yang ia sebut adalah “Star Wars” (1977). Menurutnya, “Star Wars” adalah epifani bagi Levy sebagai seorang anak di akhir 70-an. Dia menyadari betapa film dapat membawanya ke dunia lain.
Selanjutnya, adalah “E.T.” (1982) yang memadukan konsep fiksi ilmiah dan tema emosional. Menurut Levy, kedua elemen tersebut sangat menonjol di film terbarunya.
“‘E.T.’ adalah tentang pendaratan alien di Bumi, tapi ini benar-benar cerita tentang kesepian. Ini tentang persahabatan dan pengaruh yang menentukan. Berawal persahabatan formatif, seperti antara Elliot and E.T. Selanjutnya, persahabatan itu menyembuhkan luka anak dari perceraian,” papar Levy.
“Itu adalah inspirasi saya untuk ‘The Adam Project’,” imbuhnya.
Lebih lanjut, “Back to the Future” (1985), film fiksi yang menyenangkan, lucu, ringan dan “aneh”, dengan premis perjalanan waktu yang sangat besar.
Berkutat dengan ide bagaimana jika Anda dapat mengenal orang tua Anda di masa remaja mereka, ketika Anda sendiri adalah seorang remaja? “Ini adalah gagasan yang kaya, dan seperti ‘Adam Project’, saya pikir ini adalah fantasi manusia kolektif, sangat besar bagaimana jika film itu menjawab pertanyaan itu,” kata Levy.
Ada pula “Good Will Hunting” (1997), yang menginspirasi Levy terutama di adegan terakhir dengan Mark Ruffalo dan Ryan Reynolds di “The Adam Project”.
Selain itu, “Jerry Maguire” (1996) pun disebutkan oleh Levy. Ia mengatakan, film tersebut merupakan tontonan yang ringan, namun juga menawan, romantis, dan memilukan. “Banyak hal yang mengingatkan kita secara manusiawi,” katanya.
Selanjutnya, “Gallipoli” (1981). ini adalah film yang bertemakan pertemanan dan berlatarkan perang, yang menurut Levy disusun dengan baik terutama dalam hal struktural.
“Kejeniusan ‘Gallipoli’ lainnya adalah penggunaan musik. Hal ini sangat berbeda. Ini sangat tak terduga. Dan musik telah berkembang menjadi salah satu aspek yang paling saya kagumi dari proses pembuatan film,” kata sutradara “Free Guy” (2021) tersebut.
Terakhir, adalah “Searching for Bobby Fischer” yang merupakan film pertama Steven Zaillian sebagai sutradara.
“Ini adalah film yang sempurna, dan bagian dari apa yang membuatnya sempurna adalah protagonisnya yang merupakan seorang anak laki-laki. Penampilan anak laki-laki itu (Max Pomeranc) sangat murni, begitu jujur dan terbuka,” kata Levy. (Sumber: AntaraNews.com)