Jakarta, Semartara.News – PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) (BPUI) Holding BUMN penjaminan dan perasuransian tengah bernegosiasi dengan sekitar 180-an korporasi untuk pindah polis.
Direktur Utama BPUI Robertus Bilitea mengatakan, saat ini Jiwasraya melakukan restrukturisasi pemegang polis di mana sudah ada 70 korporasi yang setuju memindahkan polisnya. Sisa dari korporasi yang belum setuju akan terus pihaknya jajaki.
“Total korporasinya sekarang 180an, total korporasi kurang lebih dari sana 70an sudah setuju dengan model restrukturisasi Jiwasraya. Kalau pola restrukturisasi disetujui termasuk di dalamnya ada komponen 40%, seluruh pemegang polis akan dipindahkan ke kami PT Bahana,” ungkapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VI DPR RI, Rabu, (09/09/2020) pagi tadi via aplikasi ZOOM.
Tentunya sebelum mereka dipindahkan, mereka akan menandatangani perjanjian restrukturisasinya dan mendapatkan polis barunya. Setelah itu mereka akan dimasukkan ke BPUI di mana BPUI memiliki perusahaan baru bernama IFG Life.
“Restrukturisasi baru dipindahkan ke new company. Asumsi yang dibangun saat ini dari semua komunikasi yang dibangun,” jelasnya.
Perusahaan baru IFG Life nantinya akan mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 20 triliun, melalui Bahana. “Pendirian IFG Life juga didasarkan kebutuhan yang ada saat ini di industri asuransi. IFG Life, Indonesia Finansial Group Life.”
Lebih jauh Robertus menjelaskan, bahwa asuransi jiwa baru ini nantinya akan mencoba atau menyelamatkan pemegang-pemegang polis yang direstrukturisasi di Asuransi Jiwasraya. “IFG Life juga akan didukung oleh ekosistem asuransi yang komplet, mengingat positioning sebagai salah satu anak perusahaan Holding Asuransi,” tuturnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDI-P Ananta Wahana saat dihubungi reporter semartara.news mengatakan, bahwa BPUI tidak boleh melupakan core bisnisnya dalam hal melakukan pendanaan dan menggandeng usaha-usaha rakyat di tingkat menengah ke bawah. “Ini penting sebab banyak sekali rakyat Indonesia yang hidupnya tergantung pada kelangsungan ekspor usaha informal.” tutup Ananta.
( Barre Allo )