BUMN  

Rasio Kelistrikan di Kabupaten OKI Alami Peningkatan

Rasio Kelistrikan
Ilustrasi - Teknisi melakukan penggantian kabel listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di kawasan Kedung Cowek Surabaya, Jawa Timur, Kamis (28/9). (Foto - Antara)

Palembang, Semartara.News – Rasio kelistrikan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, meningkat menjadi 92,05 persen dari semula 91,44 persen pada Maret 2021. Manager PLN Unit Induk Wilayah Sumatra Selatan, Jambi, dan Bengkulu (UIW S2JB), Bambang Dwiyanto, mengatakan, peningkatan itu karena PLN telah mengoperasikan jaringan listrik di Desa Talang Makmur dan Desa Harapan Jaya, Kecamatan Sungai Menang, OKI.

Sebelumnya, kedua desa yang berjarak 145 kilometer dari pusat Kota Palembang tersebut merupakan desa yang belum berlistrik. “Kontruksi jaringan ini membutuhkan waktu kurang lebih 3 bulan dengan nilai investasi pembangunan senilai Rp6,8 milliar untuk 947 potensi pelanggan,” kata Bambang Dwiyanto sebagaimana dikutip dari LKBN Antara, Sabtu (21/3/2021).

Walau akses menuju lokasi yang terbilang sulit, terang Bambang, tak menyurutkan PLN untuk melayani masyarakat Desa Talang Makmur dan Desa Harapan Jaya. Menurutnya, Ini karena listrik dinyakini dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, baik dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan.

“Semoga dengan beroperasinya jaringan listrik ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menumbuhkan perekonomian,” terang Bambang.

Program listrik desa yang dilaksanakan PLN, berhasil meningkatkan rasio elektrifikasi di Sumatera Selatan. Pada 2016, rasio elektrifikasi di Sumatera Selatan sebesar 97 persen, meningkat menjadi 98,3 persen pada 2020.

Pembangunan infrastruktur guna menghadirkan listrik bagi masyarakat di daerah 3 T (terdepan, terpencil, dan tertinggal),  terus dilakukan oleh PLN. Hal tersebut karena untuk mewujudkan keadilan energi dan rasio kelistrikan untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Kepala Desa Harapan Jaya, Guntur, mengatakan, sebelum menikmati listrik dari PLN, masyarakat desa menggunakan genset terpusat sebagai penerangan utama mereka. “Selain biaya operasional dan pemeliharaan yang mahal, penggunaan genset di desa tersebut hanya beroperasi selama 12 jam,” kata Guntur.

Tinggalkan Balasan