BUMN  

Pertamina Dampingi Pengelolaan Ampas Sagu Pemuda Kampung Klayas

Pertamina Dampingi Pengelolaan Ampas Sagu Pemuda Kampung Klayas
Kelompok Pemuda Kampung Klayas (Dok. Pertamina)

Sorong, Semartara.News – Kelompok Pemuda Kampung Klayas perlahan mulai mandiri setelah mendapatkan pendampingan melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dari Kilang Pertamina  Kasim (Refinery Unit VII).  Kelompok beranggotakan 30 orang tersebut diberikan pelatihan pengolahan ampas sagu menjadi kompos.

Dengan menggandeng Yayasan Wahana Visi, selama 90 hari para peserta mendapatkan pelatihan seperti cara memilah ampas sagu, mengolah menjadi kompos, cara mengemas dan memasarkannya.

Ampas sagu diolah dengan cara mencampur beberapa bahan alami yang mudah didapat di sekitar lingkungan masyarakat diantaranya potongan rumput, daun gamal, potongan batang pisang dan abu tungku yang diendapkan selama 9 hari sehingga menghasilkan kompos organik yang bermanfaat untuk menyuburkan berbagai tanaman, termasuk sayur mayur.  

Yeremias, ketua kelompok pemuda kampung Klayas mengaku pelatihan yang didapat sangat bermanfaat untuk menambah ketrampilan para pemuda sekaligus menjadi peluang mendapatkan penghasilan. Rata-rata per 10 hari mereka bisa memproduksi 1,5 ton kompos organik.

Unit Manager Comrel & CSR Refinery Unit VII Kasim, Dodi Yapsenang mengatakan, produksi kompos mendukung rantai kegiatan warga Kampung Klayas yang menggeluti kebun sayur.

“Setidaknya ada 84 KK di Kampung Klayas yang menggunakan kompos hasil produksi Kelompok Pemuda, sehingga sayur mayur yang dihasilkan merupakan sayuran organik. Kompos juga dipasok ke toko khusus pertanian di Sorong, dimana sudah terjual 600 Kg dan order masuk mencapai 5 ton per bulan,”jelas Dodi, dalam rilis yang di terima Semartara.News, Minggu (8/3/2021).

Yeremias menambahkan, rata-rata kelompoknya bisa mendapatkan penghasilan  Rp. 8,000,000 per bulan. Jumah tersebut bisa bertambah, dengan adanya pesanan yang terus berdatangan. Mereka tidak menyangka ampas sagu yang selama ini dibiarkan ‘menggunung’ bisa diolah menjadi kompos bernilai jual.

“Selain mendapatkan penghasilan tambahan, kegiatan ini sekaligus menumbuhkan kepedulian warga pada lingkungan, khususnya dalam mengelola limbah ampas sagu menjadi produk yang bermanfaat,”pungkas Dodi.**

Tinggalkan Balasan