Jakarta, Semartara.News — Pers Indonesia terus memainkan peran penting dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Zionis Israel. Melalui pemberitaan yang konsisten, media Indonesia mengangkat isu kemanusiaan, diplomasi internasional, serta pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Gaza sejak konflik pecah pada Oktober 2023.
Isu ini menjadi fokus utama dalam Seminar Internasional bertema “The Role of Indonesian Media in Palestine’s Effort to Achieve True Independence” yang digelar di Jakarta, Jumat (7/11). Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Palestine International Forum for Media and Communication (Tawasol), lembaga berbasis di Istanbul, Turki, yang menghimpun jurnalis, akademisi, dan aktivis dari berbagai negara pendukung kemerdekaan Palestina.
Direktur Eksekutif Tawasol, Dr. Bilal Khalil, mengapresiasi peran besar media Indonesia dalam membela rakyat Palestina.
“Perhatian terhadap isu kemanusiaan di Gaza mencerminkan komitmen pers Indonesia terhadap amanat konstitusi bangsa untuk menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi,” ujarnya.
Sementara itu, Wartawan Senior Metro TV, Desi Fitriani, yang telah tiga kali meliput langsung ke Gaza, mengungkapkan tantangan besar dalam melakukan peliputan di wilayah konflik. Ia menekankan pentingnya sikap kritis media agar tidak terjebak dalam narasi media Barat yang sering kali berpihak pada Israel.
“Saya melihat sendiri bagaimana bantuan makanan dari Indonesia disalurkan lewat terowongan demi menembus blokade Israel,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Pizaro Gozali, jurnalis yang pernah bertugas di Kantor Berita Turki Anadolu Agency, menegaskan pentingnya peran media digital dalam memperkuat dukungan terhadap Palestina.
“Media siber Indonesia harus aktif melawan disinformasi dan narasi manipulatif yang berusaha menutupi kejahatan kemanusiaan Israel,” katanya.
Aktivis Palestina, Annisa Theresia, menambahkan bahwa apa yang terjadi di Gaza bukan sekadar konflik, melainkan pendudukan dan genosida yang disaksikan dunia secara langsung. Ia mencontohkan bagaimana gerakan seni dan musik juga menjadi media perlawanan terhadap kekejaman tersebut.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi indo.palinfo.com, Ahmad Tirmizi, menekankan pentingnya media Indonesia mengangkat perspektif hukum humaniter dan laporan-laporan PBB terkait pelanggaran di Gaza.
“Israel tidak hanya membunuh warga sipil, tetapi juga membunuh kebenaran melalui pengendalian narasi di media,” ujarnya.
Menutup seminar, Dr. Asep Setiawan, mantan anggota Dewan Pers, menjelaskan perkembangan liputan media Indonesia terhadap konflik Gaza selama tiga fase: solidaritas emosional (Oktober–Desember 2023), masa transisi analisis (Januari–Juni 2024), dan liputan substantif yang lebih kritis (Juli 2024–Juli 2025).
Seminar internasional ini turut dihadiri Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Dr. Teguh Santosa, serta perwakilan Asia Middle East Center for Research and Dialogue (AMEC). Para peserta sepakat, bahwa peran media Indonesia sangat strategis dalam memperkuat solidaritas global bagi kemerdekaan sejati Palestina. (*)







