Jakarta, Semartara.News – Perang Tagar Pilpres AS diwarnai aksi klaim lewat media social. Sampai saat ini, Facebook dan TikTok telah memblokir beberapa tanda pagar atau tagar. Khususnya, yang digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah tentang pemilihan presiden.
Tagar tersebut umumnya berkisar tentang klaim yang tidak berdasar bahwa, Partai Demokrat mencoba memanipulasi hasil pemilu untuk mengalahkan Presiden Trump, dikutip dari The Verge, Sabtu (7/11).
Di Facebook, tagar yang diblokir adalah #stopthesteal, telah digunakan secara luas untuk membuat klaim manipulasi pemilu yang tidak berdasar oleh Demokrat. #sharpiegate, yang secara keliru menuduh bahwa, penggunaan penanda Sharpie menyebabkan suara Trump tidak terhitung di Arizona.
Sementara itu, TikTok memblokir #sharpiegate, #stopthesteal, dan istilah yang lebih umum #riggedelection.
Meskipun Twitter tampaknya tidak memblokir tagar teori konspirasi pemilu apa pun. Perusahaan media sosial tersebut, telah menambahkan label peringatan ke beberapa cuitan.
Twitter menyebutkan , cuitan itu kemungkinan berisi informasi yang tidak akurat. Cuitan lainnya ditandai dengan pesan yang mendorong, pembaca untuk mempelajari lebih lanjut tentang upaya keamanan pemilu.
Perang Medsos Pilpres AS, Tagar Dan Teori Konspirasi
Moderasi tagar yang berfokus pada teori konspirasi ini, merupakan bagian dari upaya yang lebih luas oleh platform media sosial pekan ini. Upaya ini, untuk dengan cepat menghapus informasi yang salah seputar pemilu.
Perang Medsos Pilpres AS masih berlanjut. Twitter, secara agresif memberi label pada cuitan Trump yang membuat klaim yang tidak berdasar atau salah tentang bagaimana total pemilihan dihitung.
Facebook sendiri, telah menambahkan label serupa, dan telah memblokir grup berisi 300.000 orang. Group dengan nama “Stop the Steal.” Facebook juga mengatakan “melihat seruan yang mengkhawatirkan untuk melakukan kekerasan dari anggota grup tersebut.”
TikTok mengatakan, pemblokiran pada tagar tersebut adalah bagian dari “moderasi normal dan pendekatan terhadap informasi yang salah. Perkataan yang mendorong kebencian, dan konten lain yang melanggar pedoman kami.”
“Kedua tagar tersebut, telah dihapus karena “konten dengan tagar ini sering kali melanggar kebijakan informasi kami yang menyesatkan,” kata juru bicara TikTok kepada The Verge.