Peran Indonesia, ASEAN dan Presiden AS Joe Biden

Posisi Indonesia, ASEAN dan Presiden AS Joe Biden
Presiden Amerika Serikat Joe Biden bersama Wakil Presiden Kamala Harris (REUTERS/Kevin Lamarque).

Namun demikian ASEAN membuka diri untuk bekerja sama dengan siapa pun dan selalu antusiastis menyambut kerangka multilateral yang ditekankan Retno harus inklusif dan adil.

Terlebih dalam masa pandemi yang menuntut dunia bekerja sama, ASEAN menganggap kerangka multilateral adalah pilihan terbaik dalam menanggulangi pandemi dan dampaknya karena masalah itu memang mesti diatasi dengan pendekatan yang menguatkan kolaborasi.

Dalam kerangka itu, Indonesia “berharap pemerintahan baru AS bisa mengambil peran kepemimpinan dalam dua hal, yaitu penguatan WHO dalam merespon pandemi; dan mendorong sistem perdagangan multilateral yang terbuka dan adil yang mempercepat pemulihan ekonomi global. Apalagi, mengutip kalimat Retno, Indonesia dan AS memiliki banyak kesamaan nilai seperti demokrasi, kemajemukan, toleransi, hak asasi manusia, rule of law.

Tetapi itu tidak berarti Indonesia dan ASEAN mengesampingkan kekuatan besar lain, khususnya China. Sebaliknya, semua kekuatan besar diberi tempat yang sama sehingga bisa saling mengimbangi yang pada akhirnya mencegah adanya kekuatan yang terlalu dominan terhadap ASEAN. Dengan cara seperti ini ASEAN menjadi kekuatan independen yang bisa merawat dirinya untuk tetap menjadi kawasan yang stabil.

ASEAN memang lebih suka merangkul semua kekuatan. Untuk itulah blok ini membangun berbagai forum kerjasama dengan Uni Eropa, Jepang, Rusia, India, Australia, selain juga dengan China dan AS. Dengan cara ini, ASEAN menyerap semua kekuatan, sambil membuat garis merah bagi kemungkinan adanya campur tangan terlalu jauh dalam internal ASEAN.

Sambutan positif kepada Joe Biden juga menegaskan kemandirian ASEAN bahwa tidak ada satu kekuatan pun yang boleh menghilangkan pilihan-pilihan ASEAN, apalagi pemerintahan Trump dengan “America First”-nya membuat AS meninggalkan internasionalisme sehingga ASEAN kehilangan penyeimbang dalam merespons China, terutama di Laut China Selatan.

Unilateralisme juga turut mempersulit ASEAN mengakhiri pandemi dan dampaknya karena kekuatan-kekuatan besar berlomba menemukan formula anti-pandemi, khususnya vaksin, yang tumpah ke ranah ekonomi dan politik sehingga menutup upaya koordinatif dalam menangkal pandemi, apalagi AS keluar dari WHO.

Tak heran jika Indonesia menaruh harapan kepada pemerintahan Biden yang semakin besar saat dunia sedang menghadapi tantangan pandemi, upaya pemulihan ekonomi dan dalam menjaga perdamaian dan stabilitas dunia di tengah rivalitas di antara negara-negara besar. “Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat guna mewujudkan dunia yang lebih baik,” kata Retno.

Perimbangan kekuatan dunia (halaman selanjutnya…)

Tinggalkan Balasan