Jakarta, Semartara.News – Pengamat jelaskan hitungan ingvestasi untuk asset properti bagi mereka yang ingin melakukan investasi dananya ke produk – produk properti yang ada saat ini.
Dimana saat pengamat jelaskan hitungan investasi untuk produk properti ini, ternyata ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama soal biaya maintenece dan juga pajak, sehingga para investor property tidak merugi.
Seperti kita ketahui, properti masih menjadi salah satu favorit untuk dijadikan instrumen investasi. Beberapa kelebihan dari produk ini untuk investasi karena nilainya yang akan selalu meningkat minimal di atas inflasi dan kita bisa mendapatkan keuntungan investasi dari dua cara: peningkatan nilai (capital gain) dan sewa (capital yield).
Makanya tidak heran kalau mayoritas orang kaya maupun pemegang kapital lainnya menjadikan produk properti sebagai salah satu instrumen yang digunakan untuk membiakkan nilai kapitalnya. Namun begitu tentu ada plus-minus dari setiap instrumen investasi yang dipilih.
Menurut Pengamat Properti Panangian Simanungkalit, kalangan investor khususnya perorangan yang menjadikan produk properti sebagai instrumen investasinya, akan terperangkap pada risiko yang bisa muncul khususnya dari berbagai biaya yang timbul dari produk properti yang kita miliki.
“Ada risiko properti yang kita pegang tidak tersewa maupun terjual sesuai harapan dan itu memberikan ketidakpastian selain biaya-biaya yang harus tetap dikeluarkan. Terlebih investor properti perorangan bukanlah tipe accumulator cash sehingga bila propertinya idle itu malah akan menguras cash yang kita miliki,” katanya.
Investor properti perorangan juga umumnya menggunakan pola pikir ingin memiliki properti sebanyak mungkin karena merasa akan meningkatkan asetnya dan membiakan nilai kekayaannya. Fakta maupun kemungkinan yang bisa terjadi, dengan memiliki banyak produk properti memunculkan risiko berupa tidak adanya pemasukan tunai atau yield sewa dari properti kita.
Berbagai biaya pajak maupun maintenance juga harus tetap ditunaikan seperti iuran pengelolaan lingkungan (IPL), service management, pajak-pajak, hingga perawatan rutin. Saat situasi krisis ekonomi seperti tahun 1998 maupun situasi pandemi saat ini, properti yang kita miliki akan sulit dijual bahkan bisa jatuh harga pasarannya.
Hal ini berbeda dengan investor dengan tipe accumulator cash. Kalangan ini bisa membeli produk properti yang bagus sekaligus memproyeksikan maupun mengincar pemasukan berupa cash yang diperhitungkan dari awal sehingga produk yang dibelinya hampir pasti menguntungkan.
Ada banyak strategi yang bisa diterapkan untuk tipe accumulator cash ini misalnya konsep trading yang mengaplikasikan prinsip buy to sell. Kemudian investing dengan pola buy to hold yang berorientasi untuk mendapatkan yield sewa maupun berbagai proyeksi lainnya yang diperhitungkan dengan matang dan bertujuan untuk mencari cuan dari produk properti yang diincarnya.
Panangian memberikan beberapa tip maupun panduan untuk investasi properti dengan timing yang tepat. Prinsipnya, naik-turunnya industri properti akan bersamaan dengan situasi yang terjadi pada perekonomian nasional bahkan bisa saling memengaruhi baik langsung maupun tidak langsung.
“Sektor properti kita sudah melambat sejak tujuh tahun terakhir dan tahun 2022 ini mulai terasa indikasi bisnis properti yang masuk masa kebangkitan. Proyeksinya tahun 2023 kita akan masuk dalam fase booming dan itu akan terjadi beberapa tahun sehingga saat ini timing yang baik untuk mulai investasi properti,” jelasnya.