Nyi Sadea konon gadis memiliki paras cantik dengan kulit putih mewarisi salah satu kakeknya yang berdarah Belanda.
Saat itu, Nyi Sadea telah menginjak usia 25 tahun dan belum memiliki pendamping hidup.
Bersama dengan grup kesenian ronggenggnya, dia datang untuk menghibur dalam pesta peresmian Terowongan Lampegan yang sangat meriah.
Para pejabat Hindia Belanda pusat dari Batavia dan Priyangan pun hadir. Bahkan, tampak Gubernur Hindia Belanda yang saat itu Cornelis Pijnacker Hordik, termasuk Bupati R.A.A. Prawiradireja.
Bersama dengan dua rekannya, Nyi Sadea menari di bawah rintik hujan memakai kemben merah dan selendang kuning.
Gadis itu berlenggak-lenggok di atas panggung kecil di mulut terowongan yang diterangi lampu pijar.
Jelang tengah malam, setelah penampilannya berakhir, Nyi Sadea berteduh di dalam terowongan sambil menunggu hujan deras mereda.
Tak lama, penari ronggeng itu mendengar suaranya dipanggil, kemudian dia berjalan untuk menghampiri memasuki terowongan.
Setelah itu, dia menghilang tanpa ada yang tahu ke mana, dan menjadi misteri hingga saat ini.
Kisah dalam versi lain
Dalam kisah versi lainnya menceritakan bahwa Nyi Sadea menjadi istri pemimpin gaib di wilayah itu.
Konon dalam kisahnya, Nyi Sadea menjadi tumbal bagi pemimpin istana gaib di atas bukit Terowongan Lampegan yang bernama Razamandala.