Kota Tangerang, Semartara.News— Nestapa dirasakan Nahrowi (47), warga Kelurahan Kenanga, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, Banten.
Pasalnya, selain dirinya tinggal di rumah yang tidak layak huni, harus menfkahi keponakan dan kakak kandungnya yang menderita gangguan jiwa.
Sedangkan pekerjaannyapun serabutan dan menunggu panggilan orang yang membutuhkan tenaganya.
” Jangankan memperbaiki rumah, untuk makan sehari-hari saja belum tentu,” kata Nahrowi yang mengaku pernah bekerja sebagai buruh lepas di pabrik konveksi yang gulung tikar karena pandemi.
Dengan beralaskan tanah dan bangunan rumah yang kayu-kayunya sudah lapuk serta bocor bila hujan turun, Nahrowi harus meminta kepada tetangganya bila membutuhkan air bersih untuk kebutuhan minum atau mandi.
Itu terjadi, karena rumah peninggalan orang tuanya yang berukuran sekira 3 X 5 meter tidak dilengkapi dengan tempat mandi cuci kakus (MCK). Buang air besarpun (BAB), ia harus menggali tanah di bagian belakang rumah untuk dijadikan jamban.