Padahal, kata Ananta, salah satu kunci dari perdagangan internasional adalah bagaimana bisa membuat nilai tambah.
“Ini merupakan tugas kami di DPR untuk menyampaikan ini ke pemerintah pusat hingga daerah. Untuk terus mendorong dan mengupayakan agar produk dan jasa yang ada di Banten menciptakan nilai tambah,” katanya.
“Saya percaya jika kemampuan Pandeglang untuk nilai tambah ditingkatkan apalagi dapat tembus pasar ekspor. Maka taraf hidup masyarakat juga akan meningkat,” imbuhnya.
Selanjutnya, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan itu juga menyampaikan, bahwa angka kemiskinan dan pengangguran di Banten masih terbilang tinggi.
Seperti, untuk Pandeglang angka penduduk miskin mencapai 10,72 persen, dan pengangguran 7,70 persen. Untuk Lebak, angka kemiskinan mencapai 10,29 persen, dan pengangguran 7,86 persen.
“Sementara untuk Banten sendiri, kemiskinan itu 6,50 persen, dan nganggur mencapai 8,53 persen. Angka ini tentu masih tinggi.” ungkapnya.
Menurut dia, perdagangan internasional saat ini menghadapi berbagai macam tantangan di tengah optimisme pemulihan ekonomi di Tahun 2022, pandemi Covid-19 diperkirakan masih akan memberikan ketidakpastian.
Belum lagi faktor geopolitik dan disrupsi- disrupsi ekonomi lainnya membuat segalanya semakin tidak pasti bahkan beberapa ekonom memprediksi akan terjadi resesi global.
Misalnya naiknya harga minyak dunia akibat konflik geopolitik sehingga impor migas membengkak dan harga BBM di Indonesia harus mengalami kenaikan harga.
“Dampak kenaikan tersebut akan meningkatkan inflasi dan memiliki efek domino ke sektor lainnya, sehingga pemerintah harus melakukan penyesuaian kebijakan guna meminimalisir dampak negatifnya ke masyarakat,” jelasnya.
Ekspor Indonesia Meningkat
Kendati demikian, di tengah peningkatan ketidakpastian dan perlambatan perekonomian global, ekspor Indonesia terus melanjutkan kinerja positif.
Di bulan Oktober 2022 menurut Kementerian Keuangan, ekspor tercatat sebesar US$24,81 miliar atau tumbuh sebesar 12,3% (yoy).
Peningkatan ekspor tersebut didorong oleh komoditas unggulan seperti produk sawit, bahan bakar mineral, dan besi baja.
“Tentu kita tidak boleh jumawa melihat neraca perdagangan, kita juga harus mawas diri. Salah satu faktor neraca perdagangan kita surplus karena naiknya harga komoditas,” katanya.
Maka dari itu ke depan, menurut dia, pemerintah harus mendorong berbagai upaya diversifikasi ekspor. Baik dari sisi pasar dan produk, serta penguatan strategi hilirisasi untuk menambah nilai tambah.