Berita  

Museum, Ruang Penjelajah Waktu

SEMARTARA – Pada tahun 1999, Adjie Pangestu dan Dedy Mizwar terlibat proyek sains mutakhir. Dua orang pengurus masjid tersebut menggarap proyek yang bisa menghantarkan manusia ke masa lalu. Manusia, sebagai objek, dikirim oleh mereka ke masa lalu agar bisa merasakan serta mendapatkan hikmah pengalaman yang dialami manusia-manusia pelaku sejarah.

Perjalanan waktu itu terangkum dalam sinetron Lorong Waktu yang tayang tahun 1999-2004 di stasiun televisi swasta. Sinetron ramadan ini termasuk sinetron terlaris pada masanya. Selain karena jenaka dan sarat akan pesan moral, sinetron ini juga menampakan kecanggihan teknologi yang belum ada pada masanya, bahkan sampai saat ini.

Baca juga: Hari Guru Sedunia: Momentum Rawat Cita-cita Jadi Guru

Penjelajahan ruang dan waktu memang menjadi salah satu obsesi manusia meski dianggap di luar nalar. Namun demikian, tanpa teknologi mutakhir, penjelajahan tersebut sangat memungkinkan, yakni lewat museum. Museum merupakan media masa kini yang menampakan perjalanan waktu lampau.

Dari museum kita bisa menjelajah waktu lewat indera mata kita. Seperti pesan moral dalam sinetron Lorong Waktu, kejadian-kejadian yang lalu seyogyanya direnungkan untuk diambil hikmahnya. Ibarat lebah yang mengumpulkan sari dari putik-putik bunga untuk diolah menjadi madu.

Baca juga: Danyonif Mekanis 203: Pameran Foto Bingkai Persatuan Bangkitkan Nasionalisme

Bertepatan dengan Hari Museum Nasional, Sabtu (12/10/2019), semangat mengumpulkan sari masa lalu nampaknya perlu digelorakan kembali. Sejumlah inovasi perlu didorong bersesuaian dengan perkembangan kekinian. Jangan sampai Museum sebagai wajah peradaban bangsa ditinggalkan karena tidak menarik.

Semangat meramaikan museum ini terwakili dengan tema Hari Musem Nasional 2019, yakni “Museum Menyatukan Keberagaman” dengan tagline ‘Nyok kite ke Museum’.

Sebagai etalase sejarah, museum juga memiliki peran penting dalam menguatkan semangat kebangsaan. Fragmen-fragmen kebhinekaan yang tersaji dalam setiap benda-benda sejarah dalam museum dapat meperkokoh persauan. Tentu pesan persatuan itu bakal teserap bilamana museum banyak dikunjungi.

Bung Besar, Soekarno pernah berkata, Jas Merah, jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Maka, sepantasnya sudah menjadi tugas kita untuk merawat sejarah, dan membuat sejarah kita sendiri.

Tinggalkan Balasan