Menyulut Api Literasi dari Sudut Kota: Kiprah Forum TBM Kota Tangerang yang Menginspirasi

Forum TBM Kota Tangerang menyalakan semangat literasi dari sudut kota, membangun budaya baca dan harapan bagi masyarakat.
Pegiat Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kota Tangerang. (Foto: Dok. Penulis)

Edukasi, Semartara.News — Di tengah hiruk pikuk kehidupan urban yang serba cepat, ada sekelompok orang di Kota Tangerang yang memilih berjalan perlahan—menyalakan pelita pengetahuan dari sudut-sudut kota yang kerap terabaikan. Mereka adalah para pegiat Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kota Tangerang, sebuah gerakan akar rumput yang berjuang menjaga nyala literasi di tengah gempuran era digital. Forum ini bukan sekadar tempat menumpuk buku, tetapi ruang hidup yang menumbuhkan empati, daya kritis, dan harapan bagi masyarakat.

Literasi Sebagai Gerakan Sosial, Bukan Sekadar Membaca

Sering kali, literasi dipersempit maknanya hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis. Padahal, sejatinya literasi adalah kesadaran untuk berpikir, berdialog, dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Forum TBM Kota Tangerang memahami hal ini dengan baik. Mereka menghadirkan taman bacaan bukan hanya sebagai tempat membaca, tetapi sebagai ruang perjumpaan antara warga dan gagasan.

Dari pos ronda, teras rumah, hingga warung kopi, relawan TBM menyulap ruang sederhana menjadi taman bacaan yang hidup. Anak-anak belajar mengeja, remaja berdiskusi, sementara para orang tua berbagi cerita. Di sanalah literasi tidak lagi berhenti di halaman buku—ia menjelma menjadi cara berpikir dan gaya hidup.

Gerakan yang Tumbuh dari Akar: Satu Rak Buku yang Mengubah Banyak Hal

Kisah Forum TBM Kota Tangerang berawal pada tahun 2005. Saat itu, sekelompok pemuda prihatin karena banyak anak di lingkungan mereka tidak memiliki akses terhadap buku bacaan. Dengan semangat gotong royong, mereka menaruh satu rak buku di rumah warga—dan dari sanalah benih perubahan ditanam.

Kini, dua dekade kemudian, jaringan TBM telah tersebar di berbagai kecamatan. Ketua Forum, Kak Panji, mengenang awal perjuangan mereka:

“Kami memulainya dengan semangat berbagi. Satu buku bisa membuka seribu pintu pemahaman.”

Pernyataan itu mencerminkan keyakinan mereka bahwa perubahan besar tidak selalu dimulai dari hal besar—kadang cukup dari satu buku dan satu hati yang peduli.

Menumbuhkan Budaya Baca Lewat Aksi Nyata

Kegiatan Forum TBM Kota Tangerang tak berhenti pada penyediaan buku. Mereka rutin menggelar kelas menulis kreatif, dongeng keliling kampung, hingga pelatihan literasi digital. Semua dilakukan secara sukarela, dengan semangat gotong royong yang menular.

“Kami percaya membaca adalah jendela perubahan. Lewat Forum TBM, kami ingin menghadirkan ruang belajar yang inklusif dan menyenangkan bagi semua kalangan,”
ujar Kak Panji saat ditemui di Kampung Berkelir, salah satu TBM binaan yang kini menjadi ikon literasi lokal.

Selain itu, mereka aktif menggandeng sekolah, komunitas seni, hingga pemerintah daerah untuk mengadakan festival literasi, bazar buku, dan lomba menulis anak. Setiap kegiatan menjadi langkah kecil menuju satu tujuan besar: menumbuhkan budaya baca yang berkelanjutan di tengah masyarakat urban.

Literasi sebagai Pilar Perubahan Sosial

Gerakan literasi seperti yang dijalankan Forum TBM Kota Tangerang membuktikan bahwa perubahan sosial dapat dimulai dari ruang sederhana. Di tengah gempuran arus digital dan derasnya informasi instan, mereka menegaskan kembali pentingnya membaca sebagai fondasi berpikir kritis dan membangun karakter bangsa.

Gerakan ini juga menjadi bentuk perlawanan halus terhadap budaya instan dan dangkal yang kini banyak melanda masyarakat. Dengan literasi, warga diajak untuk tidak sekadar mengonsumsi informasi, tetapi juga memilah, memahami, dan memproduksi pengetahuan.

Menjaga Nyala Pelita Pengetahuan

Kiprah Forum TBM Kota Tangerang menunjukkan bahwa literasi tidak harus lahir dari ruang mewah atau fasilitas modern. Justru dari sudut-sudut kota yang sederhana, semangat membaca tumbuh dengan kuat berkat dedikasi para relawan yang percaya pada kekuatan kata.

“Selama masih ada satu anak yang ingin membaca, kami akan terus membuka jalan,” tutur Kak Panji penuh keyakinan.

Pernyataan itu bukan sekadar kalimat inspiratif, melainkan janji moral bahwa perjuangan literasi akan terus berlanjut. Forum TBM Kota Tangerang bukan hanya mengedukasi, tetapi juga menyemai harapan bahwa bangsa yang gemar membaca adalah bangsa yang terus bergerak menuju masa depan yang lebih beradab.

Penutup: Dari Buku, Kita Menulis Masa Depan

Gerakan Forum TBM Kota Tangerang menjadi bukti nyata bahwa literasi adalah kekuatan sosial yang mampu mengubah wajah kota. Dari satu buku, lahir seribu gagasan. Dari satu pembaca, lahir satu generasi baru yang berpikir kritis dan berempati.

Menyalakan pelita literasi dari sudut kota bukan pekerjaan mudah, tetapi selama masih ada hati yang percaya pada kekuatan kata, masa depan literasi Indonesia akan terus ditulis—halaman demi halaman, dengan cahaya yang tak pernah padam.

Penulis: Lusy Widiyanti
Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Tangerang. (*)

Tinggalkan Balasan