Pada penelusurannya itu, Mangku berkunjung ke Jembatan Kaca Gerendeng, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang, Banten, dimana persis Benteng Makassar pernah berdiri kokoh di bantaran Sungai Cisadane.
“Kita coba menggali akar peradaban berkaitan riwayat keberadaan pondasi-pondasi tua orang-orang Makassar dalam monumen cagar budaya atau catatan sejarah,” ujar Mangku, sambil menunjuk tepian sungai Cisadane di sebelah barat.
Tidak jauh dari bantaran Kali Cisadane, Mangku menuju ke sebuah daerah, yang diberi nama Kampung Benteng Makasar. Ketika berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) kampung itu, Mangku mengungkapkan, beberapa batu nisan di TPU itu memiliki kesamaan dengan makam-makam di tanah Maros atau Goa di Makassar, Sulawesi Selatan.
“Saya sempat berkunjung ke Goa dan Maros di Makassar. Saya menangkap ada beberapa makam tua di sini, yang memiliki ciri atau kesamaan dari simbolnya berupa batu onggokan. Itu persis ada di Makam Syekh Yusuf dan beberapa makam kerajaan,” ucap Mangku, di Desa Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten.
“Dan tempat ini, menjadi satu-satunya dusun di Kota Tangerang yang memakai nama Benteng Makasar. Ini aset kebudayaan tersendiri buat saya,” kata mantan Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Tangerang (DKT) periode 2004-2012.