Berita  

Memerangi Hoaks di Tengah Pandemi

Ilustrasi: Melawan hoaks. (ANTARA/HO)

Langkah raksasa teknologi

Bukan hanya di Indonesia, hoaks seputar corona pun juga menyerang secara global.

Pada April, laporan dari organisasi nirlaba Avaaz mencatat 100 misinformasi terkait virus corona di Facebook yang dibagikan lebih dari 1,7 juta kali dan dilihat sekitar 117 juta kali.

Melihat data tersebut raksasa media sosial milik Mark Zuckerberg itu tak tinggal diam. Facebook telah mengambil sejumlah langkah untuk mencoba membendung misinformasi pada platformnya.

Pada 16 April, Facebook menambahkan label peringatan pada postingan tentang misinformasi ketika seseorang menyukai, berkomentar atau beraksi terhadap unggahan tersebut.

Berlanjut pada Mei, Facebook telah melakukan cek fakta dengan menggunakan kecerdasan buatan (AI) juga dibantu dengan manusia untuk menegakkan kebijakan komunitasnya.

Platform berbagi foto dan video milik Facebook, Instagram, juga melakukan beberapa langkah untuk mengurangi penyebaran hoaks yang berkaitan dengan virus corona dan COVID-19.

Instagram menghapus hoaks dan misinformasi tentang virus corona agar ketika pengguna mengetuk tanda pagar yang terkait wabah tersebut mendapatkan informasi dari sumber resmi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun otoritas kesehatan setempat.

Platform ini juga memblokir tagar yang digunakan untuk menyebarkan hoaks dan misinformasi soal corona. Selain itu Instagram bekerja sama dengan pengecek fakta pihak ketiga untuk memverifikasi informasi dan memberi label pada informasi tersebut.

Hal serupa juga dilakukan Twitter, yang menghadirkan label dan peringatan untuk cuitan-cuitan yang mengandung misinformasi atau fakta yang diperdebatkan kebenarannya soal COVID-19.

Label tersebut akan muncul di bagian bawah tulisan, berisi tautan ke laman berisi fakta yang dikurasi tim Twitter atau laman dari sumber-sumber terpercaya.

Untuk menjauhkan pengguna dari informasi palsu, Youtube telah melarang konten yang bertentangan dengan temuan WHO. Platform milik Google itu juga memperkuat kemunculan konten resmi di seluruh dunia.

Sementara, Google sendiri menampilkan halaman hasil pencarian yang dikuratori oleh WHO, berisi tips aman dan berita terkini, berupa box alert yang memiliki tujuan untuk membuat informasi darurat lebih mudah diakses pengguna saat terjadi situasi krisis.

WHO juga bergabung bersama TikTok untuk perangi misinformasi virus corona dengan meluncurkan akun untuk memberikan informasi yang akurat kepada pengguna online.

Satu elemen yang harus ikut dalam perang terhadap hoaks ini adalah masyarakat. Upaya-upaya tersebut tidak akan berarti jika masyarakat sendiri tidak tergerak untuk bersama melawan musuh tak kasat mata bernama hoaks.

Agar terhindar dari informasi yang salah tentang COVID-19 di internet, bersikap skeptis terhadap judul informasi menjadi dasar yang penting. Selanjutnya, perhatikan URL dan isi halaman beritanya, periksa sumber informasinya, lihat berita atau informasi lainnya, dan tentunya dapatkan informasi dari otoritas resmi. Ayo bersama melawan hoaks!

Tinggalkan Balasan