Hal ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat hingga ke petani Indonesia sebagai penghasil rempah atau bahan baku bumbu.
Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi mencatat, bumbu asal Indonesia baru mampu memenuhi 0,67 persen kebutuhan bumbu masakan di Afrika dan sekitar 3,87 persen di Australia.
Kendati demikian, dalam lima tahun terakhir Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor bumbu, rempah segar dan olahan dari Indonesia naik 2,95 persen.
Indonesia pada Januari-Agustus 2021 mengantongi pendapatan USD499,1 juta (Rp7,18 triliun) dari ekspor komoditas di atas atau naik 12,88 persen dibandingkan periode sama 2020.
Sedangkan pada 2020, nilai ekspor dari bumbu, rempah mentah dan olahan tercatat sebesar USD1,02 miliar (Rp14,68 triliun).
Targetnya, hingga 2024 mendatang terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar USD2 miliar (Rp28 triliun).
Apalagi Indonesia merupakan negara penghasil rempah terbaik, dan masuk dalam jalur rempah dunia.
Berikutnya adalah Program Gastrodiplomasi Restoran, yakni bagaimana meningkatkan kapasitas restoran Indonesia yang sudah ada di luar negeri sekaligus untuk menambah jumlahnya.
Targetnya, hingga 2024 terdapat 4.000 restoran masakan Indonesia di seluruh dunia.
Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno seperti dikutip Antara, saat ini di Amerika Serikat terdapat 100-150 restoran menyajikan masakan asal Indonesia.
Program terakhir adalah Destinasi Gastronomi atau penguatan gastronomi di dalam negeri untuk menjadi daya tarik wisatawan.
Vita Datau dari Indonesia Gastronomy Network mengatakan, gastronomi bukan hanya membahas tentang makanan. Akan tetapi juga kearifan lokal di masyarakat.
“Ini bisa mencerminkan budaya dan tradisi di suatu wilayah,” ujarnya.(jack)
Sumber: Indonesia.go.id