KEYNOTE SPEECH
GOTONG ROYONG BERSKALA DUNIA
Oleh:
Megawati Soekarnoputri
Disampaikan dalam
Understanding China Conference 2020
Guangzhou, China, 20 November 2020
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera,
Om Swastiastu,
Namo Buddhaya.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengucapkan terima kasih atas undangan dari Yang Mulia Mr. Zheng Bijian, Ketua China Institute for Innovation and Development Strategy. Untuk memberikan sambutan pembuka pada acara Understanding China Conference 2020.
Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan yang begitu cepat akibat pandemi Covid-19. Dunia seolah dipaksa untuk menyesuaikan diri terhadap kehidupan normal yang baru. Tidak terbayangkan sebelumnya bagi saya, untuk memberikan pidato pembukaan ini secara daring. Rasanya kurang etis dan kurang nyaman berhadapan dengan forum yang mulia ini. Namun pandemi melahirkan sebuah kebiasaan-kebiasaan baru. Pidato, kata sambutan, dan paparan para pembicara di setiap forum saat ini sudah terbiasa dilakukan secara daring dalam sebuah perhelatan virtual. Masyarakat pun menerimanya sebagai sebuah kewajaran baru.
Saudara-saudara sekalian yang terhormat,
Dunia saat ini juga dihadapkan pada kebangkitan Tiongkok. Kita melihat pembangunan yang begitu pesat, pertumbuhan ekonomi yang cepat dan mulai terlibatnya Tiongkok secara aktif dalam percaturan dunia. Bahkan di saat awal pandemi Covid-19. Dimana, masing-masing negara sibuk dengan persoalan dalam negerinya, Tiongkok telah terlebih dahulu melakukan upaya memberi bantuan yang konstruktif bagi dunia, termasuk di Indonesia.
Untuk itu, perkenankan saya memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih yang tulus. Termasuk juga atas langkah dan respons pemerintah Tiongkok yang cepat dan efektif dalam menanggulangi penyebaran Covid-19 dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkannya.
Hadirin yang saya hormati,
Langkah-langkah Tiongkok ini tentunya tidak terlepas dari pandangan Presiden Xi Jinping dalam menetapkan kerangka hubungan internasional, yakni “a community with shared future for mankind”. Di Indonesia sendiri, kami memiliki kearifan lokal yang disebut “gotong royong” yang merupakan intisari dari ideologi bangsa kami, yakni Pancasila.
Paham gotong royong ini lebih dinamis dari paham kekeluargaan. Gotong royong adalah manifestasi konkret dari semangat kebersamaan dalam masyarakat yang satu sama lain saling bekerja sama. Bantu membantu, memeras keringat Bersama. Kaum yang berpunya, menolong saudaranya yang tidak berpunya. Namun tanpa membedakan latar belakang suku, agama, etnis, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, dalam posisi ini, saya mengajak dunia internasional memaknai kebangkitan Tiongkok secara positif dan konstruktif. Memberi kesempatan pada Tiongkok, untuk mewujudkan kredo “a community with shared future for mankind” dan berkontribusi bagi dunia.
Menurut saya, sepanjang sejarahnya, Tiongkok juga bukanlah sebuah negara imperialis yang ekspansionis. Kekuatan Tiongkok dalam kancah global sejak zaman kerajaan dan dinasti adalah diplomasi yang mengedepankan kerja sama, yang saling menguntungkan dan saling menghormati satu sama lain.
Indonesia dan Tiongkok adalah dua negara yang telah dipertemukan oleh takdir yang sama sebagai sebuah Negara pernah terjajah. Yang berjuang dengan upaya sendiri, untuk lepas dari penjajahan. Indonesia dan Tiongkok, sama-sama merasakan pahitnya penjajahan dan kolonialisme dari negara-negara yang lebih kuat, pada masa yang lalu.
Untuk itu, saya sungguh-sungguh berharap, agar Tiongkok tetap menjaga jalan damai dan diplomasi dalam kebangkitannya. Memberi ruang besar bagi kerja sama global yang saling menguntungkan, dengan semangat persaudaraan.
Bung Karno sebagai pendiri bangsa Indonesia, pernah menyatakan bahwa “Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tumbuh subur dalam taman sarinya internasionalisme”. Nasionalisme Indonesia, bukanlah nasionalisme yang chauvinistis. Bukan pula nasionalisme yang ekspansionis seperti nasionalisme fasis. Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang humanis, yang selalu ingin bergaul dengan bangsa-bangsa lain di dunia secara setara dan saling menghormati.
Bagi Indonesia, tidak ada nasionalisme tanpa internasionalisme, demikian juga sebaliknya. Bagi Indonesia, kedaulatan dan kesetaraan menjadi kunci bagi kerjasama internasional yang saling menghormati dan menguntungkan.
Hadirin yang saya muliakan,
Tidak dapat dipungkiri, bahwa pandemi ini telah membawa keterpurukan ekonomi dan resesi bagi dunia. Bisnis tradisional, seperti penerbangan dan pariwisata mendadak harus terhenti.
Pertumbuhan ekonomi dunia juga melambat. Di saat seperti ini, terasa bahwa kita lebih saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Dunia saya rasa tidak membutuhkan konflik yang lain. Dunia juga sudah lelah dengan banyak ketegangan dan peperangan.
Di masa pandemi global ini, masyarakat dunia membutuhkan kerja sama internasional yang sebaik-baiknya. Untuk itu, perkenankanlah saya mengajak seluruh bangsa-bangsa di dunia untuk saling bergotong-royong, menghentikan pertikaian apalagi peperangan antar bangsa. Dan mulai menata peradaban dunia baru, paska pandemi Covid-19 ini.
Kita membutuhkan inovasi, kerja sama teknologi serta kantong-kantong pertumbuhan ekonomi yang baru. Kemajuan teknologi haruslah dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya, untuk kepentingan membangun peradaban umat manusia di muka bumi ini, bukan justru menjadi penyebab konflik dan pertikaian.
Pemanfaatan kemajuan teknologi dan informasi juga dapat menjadi salah satu pendorong, bagi pertumbuhan ekonomi paska Covid-19. Situasi ini juga dapat menjadi momentum yang tepat untuk memberi perhatian lebih bagi kebangkitan green economic. Menjadikan dunia sebagai sebuah tempat yang lebih nyaman, sejuk dan sehat bagi generasi anak-cucu kita di masa yang akan datang.
Mengakhiri pidato sambutan ini, saya berkeyakinan bahwa inilah saatnya bagi dunia untuk saling bergandengan-tangan, menuju masa depan yang lebih baik. Inilah saat yang tepat untuk mengakhiri segala bentuk provokasi, konflik, dan permusuhan. Dunia dituntut untuk mengembangkan pola penyelesaian konflik yang lebih beradab dan mendorong kompetisi yang sehat. Menghadirkan rasa kemanusiaan dan persaudaraan. Terlebih lagi, dunia perlu bergotong royong membentuk suatu masyarakat baru yang menjadi cita-cita Bersama, paska pandemi global ini.
Saya sangat yakin, bahwa hampir semua masyarakat dunia, merindukan hadirnya suatu tatanan dunia yang di dalamnya tercipta suatu perdamaian dunia yang abadi dan berkeadilan sosial.
Demikianlah pidato sambutan yang dapat saya sampaikan. Semoga bermafaat bagi upaya kita semua untuk terus mencari solusi terbaik, dalam mengatasi pandemi global saat ini. Serta menjadi referensi bagi pembahasan dalam konferensi ini.
Selamat mengikuti seminar ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kita dan semua bangsa di dunia, perlindungan dan keselamatan dari berbagai bahaya termasuk pandemi Covid-19.
Terima kasih.