Megawati, Perempuan Bernyali Yang Melawan Tirani

Megawati, Perempuan Bernyali Yang Melawan Tirani
Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri (dok.pdiperjuangan.id)

“Sebuah Rekonstruksi Historis, dalam pergolakan idealisme di tahun 1927, 1973 sampai lahirlah PDI Perjuangan”

Jakarta, Semartara.News – Masih dalam rangkaikan HUT PDI Perjuangan Ke-48, kali ini seri webinar yang dilaksanakan partai melalui Badan Penelitian Pusat (BALITPUS) mengambil tema “Konstruksi Historis Partai: Dari 1927 ke 1973 ke PDI Perjuangan”.

Melihat PDI Perjuangan hari ini tidak bisa dilepas dari akar sejarahnya, perlu ditarik asal usulnya. Ada sosok Proklamator Ir. Soekarno dan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan ideologi perjuangannya Marhaenisme.

Pada masa pra kemerdekaan, 4 Juli 1927 Ir. Soekarno atau Bung Karno mendirikan PNI. PNI sebagai alat perjuangan untuk melawan kolonialisme dan imperialisme penjajah saat itu. Dalam perjalanan sejarah, tercatat tahun 1954 lahirlah sebuah organisasi mahasiswa dengan nama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) fusi dari tiga organisasi yang memiliki azas perjuangan yang sama dengan PNI, yaitu Marhaenisme.

Sebagai organisasi mahasiswa, GMNI memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia yang sesuai dengan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945. Sejarah mencatat, menjelang pemilu tahun 1955, GMNI menjadi underbow dan organ taktis PNI di kalangan mahasiswa saat itu.

Sejarah kemudian berlanjut, pada era Orde Baru terjadi praktek otoritarianisme rezim Soeharto dan depolitisasi. Saat itu, PNI dipaksakan untuk mengikuti fusi partai-partai nasional. Partai Nasional Indonesia (PNI) sendiri, Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) dan juga dua partai keagamaan Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Pada 10 Januari 1973, fusi dari beberapa partai ini menjadi  Partai Demokrasi Indonesia (PDI).

Megawati, PDI Perjuangan dan Bangkitnya Demokrasi

Menggenggam kekuasaan hampir 32 tahun lebih, rezim otoritarianisme Soeharto menghadapi gejolak politik dan krisis ekonomi nasional.  Sebelum mencapai puncak kejatuhan rezim orde baru, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) melaksanakan Kongres.  Kongres Luar Biasa PDI yang diselenggarakan di Surabaya 1993, melahirkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI secara aklamasi mengalahkan Budi Hardjono dengan perolehan suara 256 dari 305 suara cabang yang hadir.

Namun, pemerintah Soeharto saat itu tidak puas dengan terpilihnya anak Soekarno sebagai Ketua Umum PDI. Berbagai skenario dilakukan, Megawati kemudian didongkel dalam Kongres tandingan PDI di kota Medan pada tahun 1996, yang kemudian menentukan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.

Gejolak partai banteng masih terus berlanjut, tidak terima sikap Soeharto dengan tidak mengakui kongres Medan. Kantor partai dan seluruh fasilitas tetap dikuasai oleh pihak Megawati.

Barisan kongres Surabaya tetap berusaha mempertahankan kantor DPP PDI. Namun, Soerjadi yang didukung rezim Soeharto terus memberi ancaman akan merebut secara paksa kantor DPP PDI yang terletak di Jalan Diponegoro.

Ancaman kediktatoran orde baru kemudian menjadi kenyataan. Tanggal 27 Juli 1996 yang di kenal dengan peristiwa “Kuda Tuli” kelompok Soerjadi benar-benar merebut kantor DPP PDI, dengan campur tangan penuh oleh pihak pemerintah saat itu.

Aksi penyerangan yang menyebabkan korban dan meninggalnya pendukung Megawati, berbuntut pada kerusuhan massal di Jakarta. Kerusuhan itu pula yang membuat beberapa aktivis mendekam di penjara.

Peristiwa penyerangan kantor DPP PDI tidak menyurutkan langkah Megawati. Malah, aktivis GMNI Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran ini, makin mantap mengibarkan panji perlawanan. Megawati memilih jalur hukum, walaupun kemudian kandas di pengadilan.

Tidak berhenti dan tak surut sedikitpun. PDI pun terpisah menjadi PDI di bawah Soerjadi dan PDI pimpinan Mega. Pemerintah Soeharto mengakui Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI yang sah. Namun, massa PDI lebih berpihak pada Megawati.

Pada pemilu 1999, PDI Megawati berubah nama menjadi PDI Perjuangan dan berhasil memenangkan pemilu. Inilah bagian kecil dari potret sejarah Konstruksi Historis partai dari 1927 ke 1973 ke PDI Perjuangan.

Bagi sebagian tokoh nasional, Megawati bukan hanya Ketua Umum PDI Perjuangan, Mbak Mega adalah simbol lahirnya era demokrasi Indonesia.

Webinar Konstruksi Historis Partai (halaman selanjutnya)

Tinggalkan Balasan