Jakarta, Semartara.News – Seorang driver ojek online (Ojol) yang terdampak akibat Covid-19, Sylvia Avent Azwar, harus mengakhiri profesinya sebagai ojol di wilayah Kota Padang, Sumatra Barat, karena disuspend.
Sejak kejadian awal bulan Mei 2020 lalu itu, Ibu lima orang anak yang berusia 38 tahun ini memilih untuk menjalani usaha menjual Nasi Padang seharga Rp5.000 per kotaknya. Nilai yang sangat murah untuk sebuah nasi Padang. Padahal, sajian ini dikenal sebagai sajian makanan premium di berbagai daerah di Indonesia.
Sylvia mempunyai alasan untuk mematok harga yang cuma Rp5.000 itu. Membesarkan lima orang anak yang masih kecil plus dua orang anak angkat membuat, Sylvia mencoba menjadi driver ojol pada 2018. Seiring waktu, banyak aturan dan kebijakan ojol membuat driver ojol semakin sulit.
“Dari ini saya pun menjadikan akun itu dapat digunakan pula oleh suami. Jadi satu akun bergantian kita, ternyata lama kelamaan cara itu dinilai melanggar aturan dan akibatnya akun disuspend,” jelas Sylvia.
Berawal dari Tabung Gas
Setelah kehilangan pekerjaan, Sylvia pun, mulai berpikir untuk bisa mencari cara agar anak-anaknya bisa makan dan memberikan jajan hari demi hari. Hingga akhirnya ia melihat sebuah tabung gas elpiji 12 kg yang berada di sudut dapur nya.
Melihat wujud tabung gas itu, Sylvia pun mulai menemukan solusi untuk menjalani sebuah usaha. Dia berpikir bila tabung gas itu di jual, bisa dijadikan modal untuk menjalani usaha.
Ide yang muncul dibenaknya itu ternyata disetujui oleh suami. Lalu tabung gas elpiji 12 kg tersebut dijual ke pedagang pecel ayam kaki lima yang tidak jauh dari rumahnya di kawasan Jalan Abdul Muis Padang.
“Tabung gas elpiji saya itu masih ada isinya, pedagang pecel lele itu menawari tabung gas itu Rp110.000. Tanpa pikir panjang, saya pun menjual tabung gas itu, dan seketika saya pun langsung membeli sejumlah bahan-bahan untuk dimasak, karena saya berpikir untuk menjual nasi kotak saja,” ucap dia.
Menjalani usaha dengan modal Rp110.000 sebenarnya sangatlah sulit mengingat bahan-bahan memasak di era sekarang itu terbilang cukup mahal seperti harga cabai merah bisa Rp35.000 per kilogramnya dan bawang merah bisa Rp25.000 per kilogram nya, serta bahan-bahan lainnya.
Uang Rp110.000 di tangan itu pun terus dipandangnya, dan berpikir tentang berapa porsi makanan yang bisa dijual dari modal Rp110.000 tersebut. Di sini lah, Sylvia terketuk hatinya untuk menjalani usaha dengan konsep berusaha sambil bersosial.
Sylvia lantas membuat masakan Padang dengan porsi penghilang lapar yang dilengkapi dengan lauk pauk yang cukup. Dimana target pembeli ketika itu adalah para driver ojol.
“Saya tahu betul bagaimana cara mengirit biaya selama menjadi driver ojol. Kalau bisa makan murah, minum murah, dan bisa belum bensin itu setengah liter saja pada penjual minyak eceran. Nah saya berikanlah harga Rp5.000 per kotak nasi, dan nyatakan mereka suka,” jelas dia.
Di hari pertama Sylvia menjual nasi kota Rp5.000 kepada para driver ojol, untung yang diperoleh Rp75.000 dari modal yang dia jalankan yakni Rp110.000. Sebuah nilai yang cukup bagus menurut Sylvia, sehingga bisa terus menambah modal usahanya.
Hari demi hari dijalani Sylvia. Dia pun terlihat bersemangat menjalani usaha nasi kotak tersebut. Kendati di satu sisi dia tidak terlalu memikirkan omzet, karena baginya dengan menjalani usaha jual makanan itu, turut membantu anak-anaknya bisa menikmati makanan lezat dari sisa jualan.
“Jadi ibarat pepatah sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui,” ucap Sylvia.
Setelah sekian lama menjalani usaha nasi kotak Rp5.000, ada hal yang mengetuk pintu hati mantan driver ojol di Padang ini. Dia mulai memikirkan agar nasi kotaknya itu bisa membantu banyak orang yang sulit mendapatkan makanan yang layak tanpa harus mengharapkan imbalan.
Ya. Sylvia mulai melakukan kegiatan Jumat Berbagi. Setiap hari Jumat itu Sylvia membagikan-bagikan nasi kotaknya kepada warga kurang mampu yang berada di kawasan jalan, pemulung, pengamen, dan pengemis.
Nasi kotaknya itu diberikan secara gratis tanpa mengurangi rasa dan porsi. Setiap Jumatnya Sylvia yang dibantu oleh suaminya menjajal kawasan perkotaan untuk membagikan nasi kotak.
Lalu aksi sosialnya itu pun berlanjut yang dikenal dengan Nasi Peduli Covid-19. Dimana kegiatan ini dilakukan mulai hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Nasi kotak yang diberikan secara gratis itu tidak hanya menyasar kondisi di jalan saja, tapi juga memberikan kepada anak-anak di panti asuhan, panti jompo, dan kawasan permukiman yang banyak keluarga kurang mampu.
Untuk menjalani kegiatan sosialnya itu, Sylvia mendapatkan respons yang positif dari banyak orang terutama di Kota Padang.
Respon (1)