Wisata  

Makna Filosofi ‘Nasi Tumpeng’ Bagi Masyarakat Jawa

SEMARTARA (1/7) – Tumpeng merupakan nasi yang dibentuk kerucut menyerupai gunung yang di sekitarnya terdapat sumber alam, selain itu juga terdapat berbagai sayuran, lauk dan lalapan. Tumpeng kerap disajikan pada acara-acara tertentu, seperti perayaan ulang tahun, syukuran dan lain sebagainya.

Meskipun saat ini tumpeng banyak disajikan dengan berbagai varian model serta tempat penyajian, namun bentuk tumpeng yang asli tetaplah kerucut, menggunung. Bagi masyarakat Jawa sajian tumpeng memiliki filosofi serta pesan-pesan dalam kehidupan.

Bentuk tumpeng yang kerucut menyerupai gunung ini melambangkan gunung, yaitu sebagai tempat yang dekat dengan langit dan surga. Artinya selalu menempatkan Tuhan pada posisi tertinggi yang menguasai alam dan manusia. Semua yang berasal dari Tuhan dan akan kembali pula ke Tuhan.

Bentuk menggunung nasi tumpeng juga dipercaya mengandung harapan agar hidup kita semakin naik dan memperoleh kesejahteraan yang tinggi.

Sayuran yang disajikan pada tumpeng, seperti kangkung, bayam, dan kacang panjang, biasanya dibikin urap. Sementara lauknya ayam ingkung, ikan teri, dan telur rebus. Urap sendiri diartikan sebagai “urip” atau hidup, yaitu sebagai manusia, terutama kaum pria yang juga digambarkan sebagai gunung, harus mampu menafkahi keluarga.

Sedangkan sayur kangkung diartikan sebagai sifat ulet, teguh pendirian, dan pantang menyerah; hal ini juga diambil dari sifat tanaman kangkung yang dapat tumbuh di air maupun di darat. Bayam yang berwarna hijau melambangkan kehidupan yang aman dan damai. Kacang panjang yang disajikan utuh tidak dipotong-potong melambangkan umur panjang.

Lauk tumpeng sendiri biasanya ayam ingkung, telur rebus, dan ikan teri. Selain itu, tumpeng biasanya juga terdapat cabai merah di atasnya.

Lauk pada tumpeng juga memiliki pesan dan pituah. Seperti ayam ingkung, misalnya; ini disajikan utuh. Ingkung dipercaya sebagai lambang ketenangan hati, sirung juga diartikan sebagai simbol menyembah Tuhan. Telur rebus biasnya disajikan utuh dengan kulitnya. Ini memiliki arti bahwa dalam melakukan semua tindakan harus terlebih dahulu direncanakan (dikupas), atau dikerjakan sesuai rencana sehingga membentuk suatu kesempurnaan.

Sedangkan ikan teri melambangkan kebersamaan dan kerukunan. Dan, cabai yang diletakkan diujung tumpeng pun bukan sekadar hiasan. Cabai berwarna merah ini melambangkan api sebagai sumber penerangan atau teladan. (Helmi)

Tinggalkan Balasan